Judul Buku : Membendung Arus
Penulis : Dr Alwi Shihab
Penerbit : Suara Muhammadiyah, Cet. I, 2016
Tebal buku : li, 388 Hlm
Sepanjang sejarahnya, gerakan Muhammadiyah telah menampilkan diri sebagai sebuah fenomena unik dalam kehidupan keagamaan di Indonesia. Sebagai organisasi, Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah membuktikan bahwa ia bukanlah sekadar gerakan pendidikan atau sosial-keagamaan, melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong kebangkitan kembali measyarakat Muslim di Indonesia. Selain sumbangannya yang mengesankan dalam bidang sosial, politik dan pendidikan, sayap perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah, mungkin dapat disebut sebagai gerakan kaum perempuan paling dinamis di dunia Muslim.
Pada intinya Muhammadiyah memainkan empat peran penting yang saling terkait: sebagai gerakan pembaruan; sebagai agen perubahan sosial; sebagai kekuatan politik; dan , yang paling menonjol, sebagai pembendung paling aktif misi-misi Kristenisasi di Indonesia. Sebagai organisasi yang berorientasi kepada pembaruan keagamaan, Muhammadiyah bertujuan memurnikan ajaran-ajaran Islam dengan cara menghapuskan praktik-praktik bid’ah dan khurafat. Sebagai agen perubahan sosial, Muhammadiyah bertujuan memodernisasi masyarakat Muslim Indonesia dalam rangka meningkatkan harkat mereka dari keterbelakangan ke posisi terhormat di mata dunia modern. Sebagai kekuatan politik, Muhammadiyah telah terbukti tampil sebagai salah satu kelompok kepentingan yang diperhitungkan di Indonesia.
Sementara itu, sebagai organisasi yang paling aktif membendung misi-misi Kristenisasi, Muhammadiyah secara terbuka berupaya menanggulangi pasang naik kegiatan misionaris Kristen dalam berbagai cara. Tujuan ini kadang-kadang dicapai dengan cara langsung, tetapi yang lebih sering dengan cara tidak langsung, yakni dengan menyediakan dan meningkatkan fasilitas-fasilitas pendidikan dan kesehatan Islam. Cara tidak langsung ini dimaksudkan untuk menandingi fasilitas sejenis yang sudah dengan mapan dikembangkan lembaga misionaris Kristen.
Peran Muhammadiyah dalam membendung arus Kristen yang menjadi inti buku ini, sebagaimana dikatakan Haedar Nashir dalam pengantarnya, secara elegan dilakukan Muhammadiyah tidak melalui permusuhan dan apalagi melalui perjuangan fisik. Muhammadiyah melakukannya dengan cerdas, taktis, dan terbuka dalam hukum dinamika persaingan sosial sebagaimana lazimnya gerakan-gerakan Islam kota dan modern. Muhammadiyah tentu melakukannya dengan spirit Islam dalam dinamika fastabiq al-khairat, yang dalam orientasi keyakinan keagamaan dilandasi oleh sikap lakum dinukum waliya din, tetapi dalam dunia muamalah dunyawiyah bersaing secara objektif dan elegan untuk memperebutkan keunggulan dan kemajuan.
Dengan karakter gerakannya yang berani bersaing meraih keunggulan, maka Muhammadiyah tidak melakukan hal-hal mudah dan telah menjadi kebiasaan mayoritas umat Islam saat ini, yang terjajah dan terbelakang. Melakukan hal yang sudah menjadi kebiasaan merupakan pekerjaan mudah bagi Muhammadiyah, tetapi sungguh tidak menantang. Kiai Dahlan justru melawan arus dengan melakukan tajdid atau pembaruan, yang sedikit atau banyak sering bertentangan dengan mayoritas umat Islam kala itu. Muhammadiyah melakukan hal-hal yang berat dan tidak lazim.
Buku ini, sebagaimana dikatakan Alwi Shihab dalam kesimpulannya, tidak dimaksudkan untuk menggali sejarah agama di Indonesia pada masa lalu, tetapi hendak menyoroti sebab-sebab utama yang memicu ketegangan antara kelompok Muslim dan Kristen serta mengusulkan cara agar ketegangan tersebut bisa dikurangi, jika pun tidak bisa dihilangkan seluruhnya.(Imron Nasri)