BOYOLALI, Suara Muhammadiyah- Bertempat di Aula H Djalal Sayuti RS PKU Aisyiyah Boyolali, Kamis (13/4) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah (Jateng) mengukuhkan Tim SAR Medis Muhammadiyah yang terdiri dari 33 orang perawat dan dokter dari 16 Rumah Sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA) se-Jawa Tengah yang telah menyelesaikan diklat beberapa waktu lalu.
Acara pengukuhan ditandai dengan pembacaan ikrar Tim SAR Medis angkatan 1 yang dipimpin oleh perawat dari RS PKU Muhammadiyah, Kapuk. Ikrar diawali dengan mengucapkan syahadat dan dilanjutkan dengan menegaskan empat pernyataan ikrar. Pengukuhan ini disaksikan langsung oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM ) Jateng, Tafsir serta Ketua MPKU PWM Jateng, Ibnu Yaseer.
Dalam tausiyahnya, Ketua PWM Jateng, Tafsir menegaskan mengenai ajaran Kyai Ahmad Dahlan. Menurutnya, prinsip kerja dan filosofi gerakan PKO pada dasarnya memberikan pertolongan kepada manusia di manapun berada, kapanpun kondisinya, dan kepada siapapun yang memerlukan.
“Ajaran Ahmad Dahlan ini sangat kosmopolit ketika masih banyak orang yang belum memikirkannya. Ahmad Dahlan juga mengajarkan bagaimana sebagai orang Muhammadiyah harus bisa bekerjasama dengan kelompok apapun bahkan yang berbeda agama dan kepercayaan,” terangnya.
Sementara itu, Ketua MPKU Jawa Tengah Ibnu Yaseer dalam sambutannya menyampaikan bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) Jawa Tengah tak hanya memberikan pelayanan kepada masyarakat, namun juga harus memiliki nilai lebih sebagai rumah sakit siaga bencana.
“RSMA harus bisa menerapkan kedaruratan bencana dalam perilaku keseharian dan siap sedia ketika dibutuhkan. Maka kami berharap setelah ini segera terbentuk Disaster Medical Committee (DMC) di setiap RSMA se Jawa Tengah,” ujarnya.
Ibnu menambahkan, pihaknya memastikan bahwa di akhir tahun 2019 Muhammadiyah Jawa Tengah dapat memiliki 47 RSMA mengingat terdapatnya 37 RSMA hingga saat ini. selain itu, pihaknya juga mendorong setiap RSMA untuk mempunyai dokumen Hospital Disaster Plan (Hosdip) atau dokumen rencana penanggulangan bencana rumah sakit.
“Saat ini kita sudah mempunyai 37 RSMA. Kami akan memastikan di akhir tahun 2019 Muhammadiyah Jawa tengan mempunyai 47 RSMA,” tegasnya.
Terkait hal tersebut, Ketua MDMC Jateng Naibul Umam menuturkan bahwa pihaknya telah berkomitmen untuk membantu MPKU dalam meningkatkan kapasitas RSMA se-Jawa Tengah. “Kami sudah berkomitmen sejak awal akan membantu MPKU meningkatkan kapasitas RSMA se-Jawa Tengah. Gerakan bersama ini kami teguhkan dengan kegiatan-kegiatan yang nyata. Kita mulai dari pengukuhan SAR Medis yang akan berlanjut dengan pembentukan DMC dan penyusunan Hosdip sebagaimana disebutkan Pak Ibnu tadi,” jelasnya.
Umam menambahkan, terbentuknya Tim SAR Medis Muhammadiyah ini diilhami oleh sejarah pendirian PKO. Menurutnya, Muhammadiyah bergerak atas dasar kemanusiaan, kerelawanan dan profesionalisme. Dalam hal bekerja menolong manusia maka tidaklah cukup hanya sekedar niat menolong tetapi juga harus dibekali dengan ilmu dan ketrampilan yang cukup serta mental yang memadai. Sedangkan dalam konsep gawat darurat dan kebencanaan, tenaga kesehatan dituntut untuk juga bekerja di luar rumah sakit.
“Tenaga medis Muhammadiyah wajib mempunyai kemampuan untuk bekerja di lapangan atau di lokasi bencana dalam kondisi yang serba terbatas dan kerap tidak menentu. Diharapkan Tim ini dapat bertugas di garis depan saat operasi SAR dan juga bertindak sebagai tim maju bencana,” tandasnya (Naibul Umam).