JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak segenap warga dan para pemimpin untuk memupuk jiwa kenegarawanan. Khususnya menjelang pelaksanaan pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang akan berlangsung pada 19 April 2017.
Haedar mengharapkan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk bersikap bersikap netral dan tidak memihak pada pasangan tertentu. Pemerintah harus menghindari usaha-usaha terbuka maupun terselubung untuk kampanye dan pergerakan politik lainnya. “Itu dapat memancing pro-kontra serta mencederai demokrasi pilkada yang jujur,” ujar Haedar, Senin (17/4).
Menurutnya, pemerintah harus mengedepankan moral dan martabat dalam berdemokrasi, jangan menghalalkan segala cara demi kemenangan. Jauhi politik uang dalam segala bentuknya. “Jangan karena uang berlebih kemudian melecehkan hak warga dan martabat demokrasi,” katanya.
Haedar optimis warga sudah sangat arif, dewasa, dan bermartabat untuk memilih sesuai nurani dan moralitasnya yang luhur berbasis agama dan Pancasila. Mereka tahu nilai-nilai mana yang benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas. “Gunakan hak pilih secara baik dan bertanggungjawab dengan mengedepankan nilai-nilai keutamaan. Kita berdoa agar Pilgub DKI dirahmati Allah karena warga dan para elitnya menjunjung tinggi agama,” pungkasnya.
Bangsa Indonesia, kata Haedar, harus menjadi maju dan berkeadaban utama. Pilgub DKI Jakarta harus menjadi contoh demokrasi yang baik, bukan hanya prosedural tetapi juga esensi dan substansi berdemokrasi. Demokrasi Indonesia tidak boleh disandera oleh kekuatan pemilik modal dan politik sekuler yang jauh dari nilai agama dan Pancasila.
Guna menampilkan demokrasi yang baik dan menjadi percontohan, maka semua pihak harus memiliki jiwa kenegarawanan. “Jiwa luhur dan kenegarawanan harus melekat dalam diri warga dan pemimpin bangsa ini, bukan sekadar prestasi dan keahlian, tetapi juga akhlaq dan moralitas mulia,” tuturnya.
Haedar mengingatkan bahwa setiap pihak nantinya harus mensikapi hasil Pilkada dengan dewasa dan lapang dada. Apapun hasil akhirnya, lanjut Haedar, harus dihormati oleh semua kontestan maupun pendukungnya. Semua itu demi keutuhan bangsa dan kepentingan bersama. “Pilkada semestinya disikapi oleh kontestannya untuk siap menang dan kalah. Jangan sampai mengorbankan keutuhan kita berbangsa, cita-cita kita berbangsa, dan kebersamaan kita berbangsa,” ujar Haedar.
“Agama tidak perlu dibawa dalam Pilkada DKI Jakarta karena hanya menimbulkan pro, kontra, dan kontroversi. Simbol agama, kedaerahan, dan pemerintahan tidak perlu dibawa agar suasana tetap kondusif,” papar Haedar.
Kepada warga Muhammadiyah yang memiliki hak suara di Pilkada DKI Jakarta, Haedar berpesan agar cerdas dan bermartabat dalam menentukan pilihannya, dengan pertimbangan yang matang. “Gunakan hak pilih sesuai dengan qolbu dan hati nurani. Semua demi memajukan Indonesia dan Jakarta,” pungkas Haedar (Ribas).