BANTUL, Suara Muhammadiyah-Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bambanglipuro Bantul pada hari Jum’at tanggal 14 April 2017, mengadakan acara saresehan tentang pengelolaan masjid atau mushala. Acara ini memanfaatkan hari libur atau tanggal merah. Maka pelaksanaannya dimulai dari jam 06.00 hingga jam 09.30.
Acara diselenggarakan di Masjid At-Tanwir Pondok Pesantren Muhammadiyah Asy-Syifa’ Putera, di Jogodayoh Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul. Peserta yang hadir adalah para pengurus takmir masjid atau mushala se Kecamatan Bambanglipuro yang berjumlah kurang lebih 80-an, ditambah dengan para Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah se PCM Bambanglipuro.
Narasumbernya adalah Ustadz Muhammad Jazir dan Ustadz Thayib Hidayat. Ustadz Jazir adalah Ketua Dewan Syura Masjid Jogokariyan Yogyakarta, sedang Ustadz Thayib adalah anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Kabupaten Bantul. Ustadz Thayib menyampaikan materi tentang strategi dakwa, sedangkan Ustadz Jazir menyampaikan materi tentang pengelolaan masjid atau mushala.
Dalam pembukaannya, Ketua PCM Bambanglipuro, Imam Nooryanto menyatakan, bahwa jabatan takmir masjid adalah jabatan yang mulia. Ia memberikan alasan, “Raja Fahd saja gelarnya malah menggunakan Khadimul Haramain Wa Syarifain, yang artinya Pelayan Dua Masjid Yang Mulia. Maka dengan acara saresehan ini mudah-mudahan hati para pengurus takmir masjid menjadi semangat dan gembira dalam upaya memakmurkan masjid atau mushala.”
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bambanglipuro mengamati, bahwa ada beberapa masjid atau mushala yang mengalami kemunduran kuantitas jama’ah dan kemunduran kualitas pengelolaannya. Sementara banyak masjid atau mushala yang jalan di tempat saja. Maka situasi dan kondisi yang demikian itu perlu diadakan penyegaran.
Dengan acara saresehan ini, diharapkan ada upaya untuk mengembalikan fungsi masjid atau mushala seperti idealnya, sebagaimana tuntunan Islam. Masjid atau mushala jangan hanya untuk tempat ibadah shalat saja atau ibadah-ibadah yang lain. Tapi fungsi masjid adalah tempat untuk mengajak masyarakat (sekitar masjid) mau secara ikhlas hanya sujud, taat, patuh, dan berserah diri kepada Allah SWT semata.
“Maka paradigma tentang masjid harus segera dirubah mulai detik ini. Masjid harus menjadi pusat atau tempat untuk menyelesaikan semua persoalan masyarakatnya,” demikian percikan semangat dari Ustadz Jazir kepada para pengurus takmir masjid dan mushala. “Mengapa masih banyak muslim Indonesia yang mendukung Ahok yang Kristen dari pada mendukung Anies yang muslim? Itu karena paradigma kita tentang masjid selama ini jauh melenceng,” begitu imbuh Ustadz Jazir.
Jumlah masjid di Indonesia sekarang ini kira-kira ada 850.000 buah. Jika infaq hari Jum’atnya rata-rata Rp. 50.000, maka tiap pekannya ada dana 42,5 M milik umat Islam, tiap bulannya ada dana 170 M, tiap tahunnya ada dana 2 T lebih. Jika dana tersebut dikelola secara benar dalam paradigma yang juga sudah benar, insya Allah masjid akan menjadi pusat atau tempat untuk menyelesaikan semua persoalan masyarakatnya. Dan itu baru dari komponen infaq tiap Jum’at.
Maka pengurus takmir masjid atau mushalanyapun harus segera merevolusi dirinya sendiri. Revolusi pola pikir para pengurus takmir masjid atau mushala akan merevolusi fungsi masjid. Revolusi kemasjidan insya Allah akan menjadikan Tanah Air kita ini menjadi lebih baik lebih islami dari waktu ke waktu. Tidak akan ada lagi Ahok-Ahok lain yang akan mendapat dukungan dari kaum muslim Indonesia (b&b).