PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Rapat Kerja Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pekalongan Timur sukses digelar di Hotel Pesonna Kota Pekalongan,beberapa waktu lalu. Sejumlah isu penting mencuat dalam Rakercab yang megusung visi “Terwujudnya Muhammadiyah Pekalongan Timur yang Dinamis, Mandiri, Maju dan Berkeunggulan menuju Terwujudnya Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya” ini.
Ketua PCM Pekalongan Timur, Slamet Mahfud,, mengatakan, program kerja haruslah berbasis pada permasalahan kekinian, baik di internal persyarikatan, lokal Pekalongan, maupun nasional, sekaligus meresponnya dengan gagasan dan cara yang berkemajuan. Dewasa ini, kata dia, Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan dakwah yang tidak mudah.
“Kita menghadapi kondisi darurat pemahaman keberagamaan, munculnya radikalisme, ada yang merasa paling benar pemikiran keagamaannya sehingga merasa berhak menghakimi kelompok Islam lain, ada yang merasa paling murni, dan lainnya. Dan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam moderat tentu harus merespon itu semua,” ungkapnya saat memberikan sambutan.
Muhammadiyah juga menurut Slamet harus merespon problem krusial lainnya, mulai kemiskinan, darurat narkoba, darurat kekerasan anak, korupsi, dan lainnya. Dia menilai, sebagai organisasi Islam modern, Muhammadiyah harus ikut berkontribusi melalui semangat dakwah yang mencerahkan.
Selain itu, sejumlah isu penting di internal persyarikatan juga dibahas oleh peserta rakercab di antaranya adalah, pertama, soal pendataan warga Muhammadiyah di Pekalongan Timur. Sebab, sampai saat ini PCM Pekalongan Timur belum memiliki database warganya, termasuk soal kepastian jumlah. “Tahun pertama ini, bidang organisasi harus menyelesaikan pendataan warga Muhammadiyah dengan berbasis pada ranting-ranting yang tersebar di Pekalongan Timur,” kata Nyoto Slamet.
Kedua, Muhammadiyah Pekalongan Timur juga dihadapkan dengan tantangan kaderisasi mubaligh, perluasan dakwah, dan lainnya. Permasalahan itu akan disikapi secara kolektif lintas majelis, terutama Tabligh, Kader, dan MPI. Ketiga, tantangan yang tak kalah penting juga dihadapi Bidang Wakaf, ZIS, dan Pemberdayaan Ekonomi. Selain persoalan tata kelola aset persyarikatan yang harus didata dan disertifikasi secara ketat, bidang ini juga tengah mengemban dua proyek unggulan untuk lima tahun ke depan, yakni mendirikan minimarket “Lana” sekaligus ikut menjadi penggerak untuk proyek MPKU, yakni mendirikan Poliklinik Pratama.
“Maka Majelis Wakaf tidak boleh lagi hanya mengurusi benda mati atau aset-aset, tetapi juga bagaimana mengoptimalkan gerakan wakaf mengingat potensinya yang sangat besar untuk menopang pendirian amal-amal usaha Muhammadiyah,” tegas Fuad Hatta.
Kecuali itu, Majelis Pustaka dan Informasi juga mengusung program baru yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan tradisi berkemajuan di Muhammadiyah Pekalongan Timur. Pertama, untuk meningkatkan semangat Bermuhammadiyah, MPI tengah menyiapkan proyek pembuatan film documenter tentang sejarah Muhammadiyah di Pekalongan Timur. Kedua, untuk mengembangkan tradisi literasi, MPI juga akan menginisiasi penulisan buku tentang dinamika bermuhammadiyah di Pantura Barat dengan melibatkan penulis-penulis dari 7 PDM di eks Karesidenan Pekalongan (Saman Saefudin).