MALANG, Suara Muhammadiyah- Sejumlah pakar bahasa Inggris dari berbagai negara hadir di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membincangkan kontekstualisasi pengajaran bahasa Inggris di era digital, Sabtu (22/4). Mereka di antaranya yaitu Robert John Pope dari Autralia, Dwi Poedjiastutie dari UMM, Aleksandra Skrzynecka dari Polandia,Flavia Iona Butu dari Rumania, Richard John Wesley dari Kanada,Ibrahim Bosha dari Sudan dan Mick Jethro Miqallos Basa dari Filipina.
Bertempat di Aula Ahmad Dahlan UMM Inn, Seminar Internasional yang diadakan oleh Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris UMM ini berupaya menyusun strategi agar pembelajaran bahasa Inggris relevan dengan kebutuhan zaman.
Ketua pelaksana Seminar Internasional tersebut, Drs Djarum MEd menyatakan, era digital menjadikan siswa sedikit abai dengan keberadaan guru. Hal tersebut dikarenakan, apa yang disampaikan guru dalam mengajar, sudah banyak tersedia di berbagai situs internet.
“Jika keadaan tersebut tidak ditangani, maka guru akan semakin diabaikan dan siswa menjadikan internet sebagai sumbernya. Padahal belum tentu internet benar seluruhnya,” jelas Djarum.
Akhirnya, lanjut Djarum, guru juga harus mengikuti perkembangan zaman termasuk era digital ini. Menurutnya, sebelum mengajar guru tidak hanya mempersiapkan bahan ajar dan metode ajar. Namun, sebelum mengajar guru juga harus tersiapkan. “Artinya diri guru sendiri harus dipersiapkan juga sebelum menghadapi siswa,” ujarnya.
Dalam seminar internasional tersebut juga dihadiri berbagai pemateri dari berbagai negara. Diantaranya, Yuta Otake sebagai salah satu praktisi dari Regional English Language Office (RELO) dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (KBAS), Dr Ikhsanudin, MHum sebagai presiden English Language Teaching Materials (ELTeaM) Association.
Yuta Otake menjelaskan, teknologi telah merubah gaya guru dalam menyampaikan materinya. Otake menyampaikan metode pengajaran temuannya. Ia menyebutnya Flipped Clasroom. Flipped Classroom adalah metode yang mewajibkan siswa untuk melihat dan mempelajari materi dirumah kemudian didiskusikan dalam kelas hasil belajarnya.
Otake menjelaskan, materi yang diberikan bisa dalam bentuk video maupun slide presentasi. “Dengan metode Flipped Classroom tersebut, siswa dapat lebih aktif dan memperhatikan guru secara seksama. Karena siswa saling berdiskusi bahkan berdebat dalam kelas,” jelasnya dihadapan 200 lebih peserta seminar (Humas UMM).