YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) yang tergabung dalam Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PD PM) Bantul mengadakan apel akbar, Ahad, 23 April 2017. Kegiatan yang diselenggarakan di Taman Gabusan Bantul itu turut dihadiri oleh ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Bupati Bantul, Kapolres Bantul, Kapolsek dan Dandim Sewon, serta para tamu undangan lainnya.
Ketua panitia penyelenggara, Muhammad Farid Hadiyanto menyatakan bahwa selain apel akbar, rangkaian kegiatan ini sekaligus juga pembaretan bagi peserta baru diklatsar dan konsolidasi internal KOKAM Bantul. “Dengan adanya kegiatan ini diharapkan KOKAM merapatkan barisan dan selalu siap dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi saat ini,” tuturnya. Menurutnya, saat ini bangsa Indonesia mendapatkan serangan berbagai macam ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan cita-cita pendiri bangsa. Oleh karena itu, KOKAM siap sedia untuk mengawal itu.
Farid juga menjelaskan, bahwa sebelum acara apel akbar, terlebih dahulu diawali dengan diklatsar yang dilaksanakan di Goa Jepang, Pundong, Bantul pada 22-23 April 2017. Peserta diklatsar berjumlah 230 personil yang nantinya akan dilantik menjadi anggota KOKAM. Kegiatan apel akbar ini menghadirkan sekitar 700 anggota KOKAM Bantul, ditambah dengan pasukan KOKAM Klaten, Kulon Progo, Sleman, Kota Yogykarta, dan Gunung Kidul.
Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan bahwa KOKAM memiliki tiga komitmen dasar. Pertama, menjaga ukhuwah. Maka kegiatan yang diselenggarakan oleh KOKAM Bantul ini termasuk dalam rangka menjaga ukhuwah dan NKRI.
Kedua, kata Dahnil, KOKAM mengawal NKRI dan Pancasila. “Jika sekarang berkembang wacana anti toleransi dan terorisme, KOKAM punya komitmen kuat untuk merawat toleransi. Toleransi yang otentik, bukan toleransi yang rente dan ada motif politisnya,” tuturnya.
Ketiga, KOKAM hadir untuk menggembirakan kemanusiaan. KOKAM didorong untuk fungsi-fungsi kemanusiaan, sehingga lahir istilah KOKAM dan SAR.
Dalam kesempatan itu, Dahnil juga menyatakan bahwa KOKAM akan senantiasa menjaga ketentraman di masyarakat. “KOKAM tidak berusaha terlibat dalam upaya membubar-bubari pengajian dan acara pihak lain,” kata Dahnil. Termasuk terhadap pihak yang tidak setuju dengan NKRI. Meskipun KOKAM tidak setuju, tetapi KOKAM tidak akan bertindak anarkis.
Bagi Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah, kata Dahnil, diskusi tentang Pancasila telah selesai. Pancasila diletakkan sebagai ‘Dar al-Ahdi wa al-Syahadah’ atau negara kesepakatan dan sekaligus pembuktian.
“Tidak ada ruang kekhalifahan di Indonesia. Jika ada yang berbeda dan melemparkan wacana khilafah atau ideologi lain, maka hal itu kami serahkan kepada polisi. KOKAM tidak mengambil peran polisi. Kami akan lakukan diskusi. Jangan jadi hakim terhadap pemikiran berbeda,” tegasnya (Ribas).