YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Rumah Sakit Universitas Ahmad Dahlan (RSUAD) atau sebelumnya dikenal dengan nama RS Holistika Medika, yang beralamat di Jalan Cindelaras Raya, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta diproyekan menjadi rumah sakit khusus mata. Hal itu dikatakan Rektor UAD Dr Kasiyarno Mhum di sela-sela acara Operasi Katarak yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Ahmad Dahlan Pecinta Alam (Madapala) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerjasama dengan Yayasan Darmais dan Perdami, Ahad, 23 April 2017.
“Kedepan, kita (RS UAD) akan konsentrasi pada mata,” kata Kasiyarno. RS yang diakuisisi oleh UAD ini akan segera dibenahi dan ditingkatkan kualitasnya. “RS ini dalam rangka menyelenggarakan fakultas kedokteran,” katanya.
Kasiyarno menyatakan bahwa kegiatan ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Peserta yang mendaftar untuk mendapatkan layanan operasi gratis ini mencapai 195 orang. Tidak hanya dari Yogyakarta, tetapi juga dari Madium, Ponorogo, Bengkulu, sampai Kalimantan. Namun setelah dilakukan verifikasi dan seleksi, sebanyak 15 dokter mata yang dihadirkan hanya bisa melakukan operasi terhadap 55 pasien. Dan masih ada kemungkinan bertambah.
“Tujuannya untuk kemanusiaan. Ingin membantu menyembuhkan penderitaan rakyat, yang selama ini mereka kurang mampu untuk melakukan pembiayaan. Biasanya operasi katarak mencapai 15 juta,” tuturnya. Dalam kegiatan ini, para pasien akan digratiskan semua biaya operasi katarak menggunakan metode laser, tanpa jahitan.
Kasiyarno juga mengapresiasi para anggota Madapala yang melakukan inisiasi kegiatan ini. “Dharmais terkejut dengan Mapala yang kegiatan kemanusiaan seperti ini, biasanya Mapala identik dengan hal-hal yang terkesan negatif,” katanya. Apalagi setelah adanya korban kekerasan dalam kegiatan diklatsar Mapala salah satu universitas beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Titik Soeharto yang mewakili Yayasan Dharmais menyatakan bahwa yayasan yang didirikan oleh alm Presiden Soeharto ini sangat terbuka untuk melakukan berbagai kegiatan untuk membantu masyarakat. “Sebagai wujud kepedulian pada aktivitas sosial,” katanya.
Yayasan yang didirikan pada tahun 1975 itu, kata Titik, telah melakukan banyak aktivitas sosial dengan biaya yang digunakan melebihi 1 Triliun rupiah. Adapun beberapa rincian kegiatan seperti operasi katarak, operasi bibir sumbing, pembinaan panti asuhan, hingga perpustakaan keliling.
Dalam kesempatan itu, ketua Perhimpunan Dokter Mata Indonesia (Perdami) cabang Yogyakarta, Prof Dr Suharjo menyatakan bahwa kegiatan ini sangat penting dilakukan, karena di Indonesia masih banyak penderita katarak yang tidak memiliki biaya untuk melakukan operasi.
“Penyebab kebutaan di Indonesia kebanyakan karena katarak. Sejak tahun 80-an, jumlahnya bukan menurun, tapi bertambah. Oleh karena itu, kegiatan seperti ini sangat membantu masyarakat, terutama yang kurang mampu,” katanya (Ribas).