YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Dalam momentum Pidato Milad Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)ke-36, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno L Marsudi menyampaikan bahwa Muhammadiyah memiliki peran yang besar dalam menyebarkan pesan bahwa Islam adalah agama yang damai dan rahmatan lil alamin.
Hal tersebut diungkapkan Retno mengutip penyataan presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Wakil Presiden AS Mike Pence, terkait penanganan radikalisme yang menurutnya tetap harus disikapi dengan menyeimbangkan pendekatan soft.
“Kemanapun Presiden pergi ia selalu mengatakan bahwa kami selalu dibantu oleh dua organisasi Muslim terbesar, Muhamammadiyah dan NU. Pemerintah tidak bisa berbuat sendiri dalam menyebarkan pesan Islam yang rahmatan lil alamin tanpa bermitra dengan Muhammadiyah dan juga NU,” tegas Retno di Gedung Ar Fahruddin B Lt 5, Selasa (25/4).
Dalam kesempatan tersebut, Retno juga membeberkan beberapa hal seputar kebijakan luar negeri yang menurutnya tidak bisa dibuat tanpa memperhatikan dua hal. Pertama, bahwa kebijakan luar negeri Indonesia tidak boleh berjarak dengan kondisi rakyat secara domestik dan kedua sebagai wujud dari kontribusi Indonesia terhadap dunia Internasional.
Hal tersebut tercermin dalam 4 prioritas kebijakan luar negeri di era Presiden Jokowi. Yaitu menjaga keutuhan NKRI, Perlindungan WNI di Luar Negeri, Diplomasi Ekonomi, dan peran Indonesia di ranah regional dan global. Di ranah Global sendiri Indonesia terus mengupakayan keterlibatannya dalam hal mewujudkan kesejahteraan dan juga perdamaian. Dalam point ini, Indonesia memiliki 2 potensi sebagai bridging role untuk menyelesaikan konflik yang ada di negara-negara tetangga seperti yang terjadi di Rakhine State beberapa waktu lalu.
“Indonesia memiliki dua potensi yaitu bahwa wajah damai yang dimiliki Indonesia membuat keterlibatan atau involvement yang diberikan tidak menyebabkan negara-negara lain merasa terancam. Kedua, wajah pluralism dan toleransi yang dibangun di Indonesia,” papar Retno.
Indonesia sendiri menjadi negara ke 8 terbesar penyumbang peace keeper terbanyak di seluruh dunia. Perempuan, menurutnya memiliki peran penting dalam global peace keeping.
“Dalam hal ini, jumlah perempuan dalam peranan sebagai peace keeper akan diperbanyak. Melihat besarnya jumlah perempuan dan anak yang menjadi korban dari konflik-konflik ada di berbagai belahan bumi, dan ini harus diperhatikan,” lanjutnya.
Ia pun perpesan agar seluruh elemen bangsa Indonesia untuk terus menjaga kondisi pluralisme dan toleransi yang telah terbangun sedemikian rupa. Karena menjaga kondisi toleransi dan pluralismdalam wajah kebhinnekaan Indonesia adalah hal ini merupakan tanggungjawab seluruh elemen masyarakat yang ada di Indonesia. Retno mengakui bahwa bukanlah tugas yang mudah bagi bangsa yang majemuk untuk mempertahankan wajah Indonesia yang damai dan plural.
“Untuk membangun itu diperlukan waktu yang panjang, namun untuk menghancurkannya tidak perlu waktu lama. Seketika itu hancur, kita tidak tahu seberapa lama lagi kita harus membangunnya untuk menjadikannya kokoh seperti semula,” tandas Retno (Th).