YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menjadi seorang penulis merupakan hal mudah. Ketrampilan untuk menjadi seorang penulis profesional bisa dimiliki oleh semua orang. Syaratnya, ia terus berlatih mengasah kemampuannya secara tekun dan sungguh-sungguh. Demikian dikatakan Prof Muhammad Chirzin dalam Seminar Kepenulisan yang diselenggarakan oleh ex DAD al-Faruq bekerjasama dengan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Senin, 24 April 2017.
“Menulis adalah mengada. Menulis adalah merangkai kata, merajut makna. Apa saja yang terlihat, terdengar, terasa, dan terpikirkan, patut ditulis,” tutur penulis dan Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir itu.
Menurutnya, menulis juga berarti mewariskan manfaat untuk planet bumi. Oleh karena itu, menulis bukanlah suatu pekerjaan, melainkan kehidupan itu sendiri. Sebuah kehidupan yang baik akan dijalankan secara menyenangkan, layaknya proses belajar.
Menulis, kata Prof Muhammad, juga merupakan wujud tanda cinta kepada sesama. Lebih dari itu, menulis merupakan wujud syukur kepada para guru. Dikarenakan para guru adalah mereka yang telah mengajarkan awal mula menulis.
“Bila engkau berjumpa dengan penulis hebat dan mengagumkan, ketahuilah bahwa ia telah melakukan apa yang belum engkau lakukan,” ujar Prof Muhammad mengingatkan pentingnya mengasah kemampuan menulis terus-menerus.
Prof Muhammad menekankan bahwa belajar menulis dilakukan dengan mempraktekkan langsung. “Kita belajar berjalan dengan berjalan. Kita belajar berenang dengan berenang. Kita belajar menulis dengan menulis,” ungkapnya.
Senada, narasumber kedua dalam seminar bertema “Bersahabat dengan Pena, Menulis yang Berguna”, M. Husnaini juga menyatakan, menulis itu mudah dan bisa dipelajari. “Syarat bisa menulis adalah dengan menulis” katanya.
Pendiri komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) itu menyatakan bahwa dengan menjadi penulis, maka seseorang telah memilih jalan untuk menjadi manusia berguna, yang memiliki kemampuan untuk berpikir runtut dan sistematis.
Kemampuan berpikir runtut, menurut Husnaini, sangat penting dimiliki oleh semua orang, terlebih bagi kalangan akademisi. Oleh karena itu, salah satu caranya adalah dengan menjadi penulis. “Banyak orang yang ketika diminta berbicara, bisa panjang, namun ketika diminta untuk menulis, ia kehilangan kata-kata,” tuturnya.
Husnaini menatakan bahwa dalam proses belajar, semua hal bisa ditulis. Dimulai dari hal sederhana. “Mulailah misalnya dengan menulis satu paragraf status di facebook,” katanya. Facebook dan media sosial lainnya, kata Husnaini, bisa digunakan sebagai media pembelajaran untuk menulis. Selama ini, media sosial justru dicemari oleh hal-hal negatif. Sebabnya, karena orang semakin malas membaca dan menulis. “Rendahnya minat baca akan meningkatkan minat komentar,” urainya.
Dalam kesempatan itu, Husnaini membagikan kiat menjadi penulis. Pertama, menentukan objek yang akan ditulis secara jelas dan spesifik. Kedua, memulai menulis dari sesuatu yang sederhana. Menulis yang diketahui. Jika ingin tulisan yang lebih bermutu, maka harus dengan banyak membaca. Ketiga, tidak mengedit sebuah tulisan sampai benar-benar menyelesaikannya. Menurut Husnaini, kesalahan sebagian besar orang adalah terlalu memikirkan apa yang ditulis, dan mengedit sebelum tulisan itu jadi. Sehingga ia tidak bisa menyelesaikan satu tulisan utuh (Ribas).