SLEMAN, Suara Muhammadiyah– Sebuah sinergi pemberdayaan terintegrasi ditunjukkan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PWM DIY, MPS PDM Sleman, Lazismu DIY dan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) DIY. Gabungan beberapa majelis dan lembaga serta ortom itu mengadakan Panen Padi, pada Selasa, 25 April 2017, yang dilanjutkan dengan sesi diskusi, yang menghadirkan pakar pertanian dan ekonomi.
Ketua PWPM DIY, Iwan Setiawan MSi menyatakan bahwa kegiatan ini digelar dalam rangkaian acara Panen Padi IR 64 di Sentra Mina Padi, Cibiuk Selatan, Seyegan Sleman. Menurutnya, Muhammadiyah sudah harus lebih gencar dalam melakukan pemberdayaan hulu hingga hilir. Sehingga permasalahan petani dan kaum mustadl’afin lainnya bisa teratasi.
Pemberdayaan hulu dan hilir dimaksudkan bahwa petani memahami posisi dan perannya dalam semua proses pertanian. Tidak hanya sekedar proses tanam. Selama ini, petani sama sekali tidak paham. “Petani hanya menanam dan memanen dan tidak diajari cara menjual,” ucap Ir Suparmono MM, selaku kabid ketahanan pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Sehingga sering kali petani tidak bisa memaksimalkan harga jual padinya.
Senada, Ir Ahmad Syauqi Soeratno dari Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah menjelaskan, padi petani akan dibeli lebih mahal bila memiliki keunggulam dibandingkan padi yang lain. Keunggulan ini bisa berupa kandungannya yang lebih bergizi, dengan pupuk kandang maupun keunggulan lainnya. Sehingga kekhasan ini menjadikan padi dari petani dapat dijadikan alternatif dan selalu diingat oleh konsumen karena keunggulannya.
Sementara itu, sesi diskusi berkaitan dengan masalah-masalah pertanian tepat diadakan setelah prosesi panen bersama. Salah satu masalah pertanian yang sering dikeluhkan para petani adalah harga jual gabah yang murah. Masalah ‘hilir’ pertanian ini coba diatasi oleh Pemuda Muhammadiyah dengan membeli gabah dari petani. Gabah ini dijadikan beras dan dijual dengan nama ‘Beras Istimewa’.
Iwan Setiawan menyatakan bahwa pemberdayaan terintegrasi menyelaraskan program antara MPM, MPS, Lazismu dan Pemuda Muhammadiyah. MPM memberdayakan petani di hulu, yang berupa pupuk, bibit, dan tanam. Sementara Pemuda Muhammadiyah berada di hilir, yaitu dengan membeli gabah. MPS mulai melakukan pelayanan sosial bagi petani dan setiap keuntungan dari Beras Istimewa masuk ke Lazismu DIY.
Turut hadir dalam Panen Padi tersebut Nurcahyo Probo dari MPM PDM Sleman, Ridwan Furqoni dari MPS PWM DIY, April Suryono dari Lazismu DIY, Iwan Setiawan dari Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY, serta para petani dan anggota Pemuda Muhammadiyah (Ribas/Iwan).