Pasca Pilkada, Haedar Nashir: Warga Persyarikatan Harus Santun dan Giat Bekerja

Muhammadiyah Haedar Nashir Agama

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Dok SM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pilkada DKI Jakarta 2017 yang menghasilkan suara rakyat untuk pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Shalahudin Uno, secara demokratis perlu diterima semua pihak dengan lapang hati. Sambil menunggu pengumuman resmi KPU, semua perlu menutup buku kompetisi politik yang sempat memanas. Kedua pasangan calon yang berlaga di Pilkada DKI putaran kedua dan seluruh pendukungnya, harus mengedepankan jiwa kenegarawanan.

Demikian dikatakan Haedar Nashir dalam pernyataan tertulisnya. Menurut Haedar, kedua pasangan calon telah menunjukkan sikap sportifitas yang baik. “Pasangan Ahok-Djarot juga telah mengucapkan selamat dan akan menyelsaikan urusan pemerintahan dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.

Dikarenakan para calon telah menunjukkan sikap kenegarawanan, maka sudah semestinya seluruh rakyat DKI khususnya dan warga bangsa Indonesia umumnya perlu berlapang hati dalam menyikapi hasil Pilkada itu dengan sikap kesatria. “Mereka yang menang bersyukur kepada Allah SWT dan menunjukkan sikap yang bijak, tidak perlu jumawa. Mereka yang kalah pun legawa dan menunjukkan sikap sportif seperti pemimpinnya. Dengan demikian semuanya kembali hidup bersama secara rukun dan saling bekerjasama untuk kemajuan DKI dan Indonesia,” katanya.

Haedar mengingatkan supaya semua elemen masyarakat, termasuk di kalangam warga Persyarikatan Muhammadiyah, tidak perlu mereproduksi ujaran, isu, dan tulisan yang tidak membawa suasana kondusif untuk normalisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Hal-hal kurang baik dari siapapun yang sudah berlalu dalam proses kontestasi  Pilkada menjadi pelajaran semua pihak untuk ke depan, tidak perlu terus didaur-ulang,” ungkapnya.

“Melalui WA atau media sosial dan media apapun sebaiknya kedepankan ujaran, pernyataan, dan sikap yang menyebarkan pesan-pesan kebaikan. Kalaupun diperlukan menyuarakan nahyu munkar sampaikan dengan ujaran dan cara yang ma’ruf. Hujatan, kafir mengkafirkan, dan sebutan-sebutan lain yang bernada cemoohan kepada pihak manapun sebaiknya dihentikan,” kata Haedar.

Menurut Haedar, kalimah layinah atau lemah-lembut merupakan kekayaan ruhani dan akhlaq utama Muslim sebagai wujud ihsan kepada sesama. “Tunjukkan bahwa umat Islam dan warga Muhammadiyah itu santun, bijak, pemaaf, dan cerdas sebagai aktualisasi berakhlak mulia kepada sesama. Termasuk  terhadap mereka yang berbeda agama, golongan, dan pandangan. Energi kebajikan akan memantulkan kebajikan kepada diri kita dan lingkungan semesta,” tegas Haedar.

Lebih dari itu, Haedar mengajak semua pihak melangkah ke depan dengan giat bekerja untuk kemajuan umat dan bangsa. “Umat Islam dan warga Muhammadiyah memiliki banyak pekerjaan rumah dan agenda-agenda penting yang harus ditunaikan. Meningkatkan kualitas sumberdaya insani, kualitas pendidikan, kemandirian ekonomi, pengentasan kemiskinan dan kaum dhuafa, penguatan politik kolektif, dan agenda strategis maupun praksis lainnya terentang di depan. Bekerja itu lebih sulit ketimbang bicara, sehingga Muhammadiyah memiliki tradisi luhur sedikit bicara banyak bekerja,” papar Haedar.

Haedar berharap, segenap anggota dan pimpinan Persyarikatan dari Pusat hingga PWM, PDM, PCM, PRM, Ortom, Amal Usaha, dan semua elemen di dalamnya terus bergerak memajukan Muhammadiyah menuju kualitas berkeunggulan. Peran keumatan dan kemasyarakatan yang membawa moral pencerahan digelorakan di setiap lingkungan, sehingga kehadiran Muhammadiyah benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas.

“Buktikan bahwa Muhammadiyah itu rahmatan lil-‘alamin sebagaimana misi kerisalahan Nabi Muhammad SAW, serta telah dipelopori Kyai Haji Ahmad Dahlan di masa awal pergerakan!,” pungkas Haedar (Ribas).

Baca: Ucapkan Selamat Kepada Anies-Sandi, PP Muhammadiyah: Ini Kemenangan Warga Jakarta

Exit mobile version