Komitmen Mengamalkan Islam

Komitmen Mengamalkan Islam

Oleh  Setyadi Rahman

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَ كَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ  لاَ شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْعِزَّةِ       وَ الْقُوَى، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، لاَ نَبِي َّبَعْدَهُ  الْمُصْطَفَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ كُلِّ مَنِ اتَّبَعَ ِللهِ الْهُدَى. أَمَّـا بَعْدُ فَيـَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَ إِيَّـاكُمْ  بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ،  لَعَـلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Jamaah sidang Jum’ah yang dimulyakan Allah,

Pada khutbah Jum’at beberapa waktu yang lalu pernah disampaikan tentang pentingnya seorang muslim memiliki lima komitmen yang kuat terhadap Islam sebagai agama yang diyakininya. Ketika seseorang menyatakan diri sebagai seorang muslim, dengan cara bersyahadat, berikrar di hadapan Allah yang Maha Ghaib, dengan disaksikan para malaikat dan sesama manusia, sesungguhnya ia harus menyadari akan konsekuensi logisnya, yakni ia harus mematrikan dalam dirinya lima komitmen atau “rasa keterikatan diri” seorang muslim terhadap agamanya.

Lima komitmen yang dimaksud adalah (1) seorang muslim harus mengimani Islam; (2) seorang muslim harus mengilmui Islam; (3) seorang muslim harus mengamalkan Islam; (4) seorang muslim harus mendakwahkan Islam;  dan  (5) seorang muslim harus bersabar dalam ber-Islam. Komitmen pertama yang dengannya seorang muslim harus mengimani Islam, dan komitmen kedua yang dengannya seorang muslim harus mengilmui Islam, telah disampaikan pada pertemuan yang lalu. Pada khutbah kali ini, akan kita renungkan bersama komitmen yang ketiga, yaitu komitmen seorang muslim yang harus mengamalkan Islam.

Zumratal mukminin a’azzakumullah,

Yang dimaksud dengan komitmen ketiga seorang muslim ialah bahwa setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, wajib memanfaatkan keyakinan dan  ilmu pengetahuannya tentang Islam di dalam amal perbuatan sehari-hari, dalam pelbagai segi kehidupan dan penghidupan sehari-hari, sesuai dengan kemampuannya masing-masing, dengan jalan merealisasikan atau mewujudkan Islam ke dalam diri pribadinya, keluarganya, tetangganya, lingkungan tempatnya bekerja dan beraktivitas, masyarakat dan negaranya, atau bahkan masyarakat dunia pada umumnya dalam batas-batas kemampuannya.

Salah satu pemicu munculnya komitmen muslim yang ketiga ini adalah sabda Rasulullah Saw:

 فَإِذَا أَمَـرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْـتُمْ، وَ إِذَا نَهَيْـتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ.   

 

Artinya: ….. Maka apabila kuperintahkan kalian mengerjakan sesuatu, maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, dan apabila kularang kalian dari mengerjakan sesuatu, maka tinggalkanlah ia.  (H.R. Muslim)

Oleh karena itu, seorang muslim adalah orang yang berusaha untuk selalu bersikap konsisten dalam menerapkan prinsip satunya kata dengan perbuatan. Dalam hal ini, terdapat pepatah Arab yang seringkali dikutip dalam proses pembelajaran seorang muslim akan ajaran agamanya, yaitu:

الْعِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ

Artinya: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah

Apalagi jika yang dimaksud dengan ilmu tersebut adalah ilmu agama, maka menjadi sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesempurnaan Islam tidak akan dapat dirasakan bilamana ajaran-ajarannya tidak diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Semakin lengkap pengamalan ajaran Islam oleh seorang muslim, maka kian banyak pula manfaat yang akan dirasakannya.

Meskipun demikian, Allah Swt Yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta Mahabijaksana,  ternyata memberikan toleransi tentang batas-batas pengamalan ajaran Islam oleh pemeluknya, yaitu tidak membebaninya dengan beban hukum kecuali sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًـا اِلاَّ وُسْعَـهَا، لَهَا مَـا كَسَبَتْ وَعَلَيْـهَا مَا اكْتَسَبَتْ، 

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya ……… (Q.S. al-Baqarah [2]: 286)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Sesungguhnya secara jelas Allah Swt memerintahkan kepada umat Islam untuk beramal atau bekerja, sebagaimana firman-Nya:

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَـبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ 

Artinya: Dan   katakanlah:  “Bekerjalah  kamu,  maka  Allah  dan  Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. at-Taubah [9]: 105)

Perintah bekerja atau beramal pada ayat tersebut memberikan tiga pengertian. Pertama, seorang muslim harus mengamalkan segenap ajaran agama Islam secara “kaffah”, yang  tentu saja sesuai dengan kemampuannya.  Kedua, seorang muslim diperintahkan untuk beramal atau bekerja, dalam profesi apa pun, dengan landasan ajaran agama Islam. Ketiga, seorang muslim dilarang keras menganggur. Ia harus mencari atau bahkan menciptakan amal atau pekerjaan bagi dirinya sendiri, dan akan lebih mulia bilamana diperuntukkan bagi orang lain.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menjadi seorang muslim yang “kaffah”, tidaklah cukup baginya untuk berhenti hanya sampai kepada “komitmen mengimani Islam” dan “komitmen mengilmui Islam”, namun perlu memperkuatnya dengan “komitmen mengamalkan Islam” dan melengkapinya dengan dua komitmen lainnya, yang akan dibicarakan pada pertemuan khutbah berikutnya.

 

جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَامِلِيْنَ الْمُخِلِصِيْنَ، وَ أدْخَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ الْمُجَاهِدِيْنَ، وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 KHUTBAH  II

اَلْحَمْدُ ِللهِ وَ الشُّكْرُ لِلّهِ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.  وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ، نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَليَ آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيـُّهَا اْلإِخْوَانُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah sidang Jum’ah yang dimulyakan Allah,

Marilah kita akhiri renungan Jum’at ini  dengan berdoa ke hadirat Allah SwT. Semoga Allah Swt berkenan menjadikan kita sebagai orang yang antara lain, memiliki komitmen atau rasa keterikatan diri yang kuat untuk dapat bersikap istiqamah di dalam mengamalkan ajaran Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah Swt. dalam kehidupan sehari-hari.

اَلْحَمْدُ ِللهِ  رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ  *  وَ الصَّلاَةُ  وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ * اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ ِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَ لاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ  *  اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَ تَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَ حُبَّ الْمَسَاكِيْنِ، وَ أَنْ تَغْفِرَ لَنَا وَ تَرْحَمَنَا، وَ إِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنَا غَيْرَ مَفْتُوْنِيْنَ، وَ نَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَ حُبَّ عَمَل يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ * رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ *  وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ  رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

 

Exit mobile version