MATARAM, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir didampingi bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali kembali melakukan pertemuan silaturahim dengan ketua Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Wathan (PBNW) yang sekaligus Gubernur Nusat Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi. Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Gubernur NTB pada Ahad (30/4) itu membahas sejumlah permasalahan bangsa dan keumatan yang terjadi belakangan ini.
Haedar Nashir mengungkapkan, kondisi dalam enam bulan terakhir tidak dipungkiri membawa situasi yang kurang nyaman serta membuang banyak energi. Setelah semua mereda, Haedar mengajak umat untuk melaksanakan rekonsiliasi dan kembali bersatu untuk membangun bangsa dan memajukan peradaban.
Bertolak dari beragam peristiwa sebelumnya, Haedar mengajak umat untuk tetap mengelola dan mencurahkan energi umat yang begitu besar demi hal-hal positif. “Energi umat yang sangat besar yang dibuktikan dalam beberapa aksi beberapa waktu lalu, hendaknya bisa mengarah kepada hal-hal yang nyata bisa mendukung kemajuan Indonesia,” kata Haedar.
Haedar juga mengingatkan pentingnya menjaga persatuan umat dan berkonstribusi nyata untuk bangsa. “Muhammadiyah seperti halnya NU dan NW, juga sudah menetapkan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Dar al-Ahdi Wa al-Syahadah, yakni tempat untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan umat dan bangsa,” kata Haedar.
Menurutnya, salah satu kekuatan energi tersebut itu bisa bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar untuk berkonstribusi pada aspek pemberdayaan ekonomi umat. Lumrah dimaklumi, meskipun menjadi mayoritas dalam segi jumlah massa, namun kekuatan ekonomi umat Islam masih belum solid dan kuat.
Senada, Gubernur yang lebih akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan berbagai pandangan dan masukannya terhadap penanganan sejumlah permasalahan bangsa dan keumatan yang terjadi belakangan ini. “(Silaturahmi) Ini dalam rangka mengajak dan mengingatkan kembali pada komitmen kebangsaan,” tuturnya.
Dalam pertemuan itu, pimpinan Muhammadiyah dan Nahdlatul Wathan sepakat untuk menyuarakan ajaran Islam yang moderat dan menampilkan wajah rahmatan lil alamin. Wajah Islam itu sebagaimana diajarkan serta dikembangkan oleh organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah, NU, NW, Persis selama ini, bahkan sejak Indonesia belum merdeka. “Yakni, pandangan Islam yang moderat yang mengedepankan aspek persuasif serta mengajak kepada kebaikan bersama,” kata TGB Zainul Majdi (Ribas).