Ini Pesan Haedar Nashir di Milad Pemuda Muhammadiyah

Ini Pesan Haedar Nashir di Milad Pemuda Muhammadiyah

JAKARTA, Suara Muhammadiyah– Menghadiri acara Tasyakuran Milad ke-85 Pemuda Muhammadiyah, yang dihelat di auditorium KH Ahmad Dahlan, Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl Menteng Raya No 62, Jakarta Pusat, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi kiprah keumatan dan kebangsaan organisasi otonom tersebut.

Selama ini, Pemuda Muhammadiyah telah melibatkan diri dalam peran-peran strategis pemberdayaan ekonomi umat, pemihakan kepada kaum mustadl’afin, perlawanan terhadap koruptor, dan seterusnya. Dalam acara tasyakuran ini, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah juga meluncurkan situs e-commerce Mallmu.com.

Haedar mengatakan, semua program tersebut menegaskan kiprah Pemuda Muhammadiyah dalam menggerakkan ekonomi umat. “Kami beri apresiasi tinggi untuk Pemuda Muhammadiyah, sebagai ayah, atas kiprah pelopor Muhammadiyah, bisa mengkritisi, dan menggerakkan pemuda. Sekarang masuk ke gerakan ekonomi,” kata Haedar saat memberi sambutan milad, Selasa (2/5/2017).

Dalam kesempatan itu, Haedar mengingatkan supaya dalam setiap gerakannya, Pemuda Muhammadiyah selalu teguh memegang nilai-nilai moralitas dan agama. “Islam segala-galanya. Jadi walaupun Pemuda Muhammadiyah bergerak di bidang apapun, tapi tetap karakternya adalah karakter gerakan islam, bukan yang lain,” kata Haedar.

Karakter dan nilai-nilai Islam yang dimaksudkan adalah dalam artian yang universal. “Tentu dalam memahami Islam harus komprehensif,” ungkapnya. Islam yang memberi keteduhan dan menjadi rahmatan lil alamin. Islam yang menjadi watak Muhammadiyah dan arus besar umat Islam di Indonesia adalah wajah Islam moderat. Oleh karena itu, kata Haedar, Islam harus terus dipahami, diyakinkan, diamalkan, dalam semua aspek kehidupan. “Jangan sampai lepas,” serunya.

Karakter lain yang melekat dalam gerakan Pemuda Muhammadiyah adalah karakter dakwah. Dalam menjalankan dakwah amar makruf nahi mungkar, Pemuda Muhammadiyah harus berseru dengan jalan yang baik, agar tidak membuat orang berlari atas ajakan yang dilakukan. Haedar menguraikan bahwa kata dakwah berasal dari kata da’a, yang bermakna memanggil, mengajak, menyeru dan menjamu. Semua kata da’a substansinya adalah demokratis.

Selain menyeru kepada kebaikan, juga harus diseimbangkan dengan peran melawan kemungkaran. “Yad’u ilal khair wa ya’muruuna bil ma’ruf wa yanhauna ‘anil munkar itu harus satu keseimbangan,” kata Haedar. Dalam menolak kemungkaran pun, juga harus dilakukan dengan cara-cara yang makruf, baik, beretika, dan patut.  “Nahi mungkar’ itu satu paket dengan ‘amar maruf’. Dua-duanya sama susahnya,” katanya.

Dalam menjalankan dakwah pencerahan tersebut, kata Haedar, Muhammadiyah melakukan berbagai macam ikhtiar. Semua elemen Muhammadiyah masuk ke segala lini kehidupan. “Ada yang masuk ke wirausaha, ranah politik, Islam diamalkan oleh kita. Pemuda Muhammadiyah sampai muamalat duniawi,” kata Haedar.

Haedar menambahkan bahwa dalam berdakwah, Muhammadiyah selalu menyeru dengan bijak dan memberi solusi atas permasalahan yang terjadi, baik di lingkup internal Muhammadiyah maupun bagi bangsa dan negara.

Gerakan pembaharuan yang dijalankan oleh Muhammadiyah di setiap ruang dan waktu berorientasi pada ilmu dan amal. Semua itu dijalankan dengan prinsip sedikit bicara dan banyak bekerja. “Karakter pembaharuan, dengan ilmu dan amal. Referensi keilmuan terus diwujudkan, karena realitas zaman tidak vakum,” tuturnya.

Sebagai gerakan ilmu dan amal, kata Haedar, Pemuda Muhammadiyah tidak boleh melupakan budaya literasi dan hanya sibuk di ranah praksis. “Di usia 85 tahun dengan melakukan usaha-usaha praksis Pemuda Muhammadiyah memperkaya tradisi iqra’ agar bisa membaca realitas zaman sekarang,” ujar Haedar.  Hal ini sesuai dengan karakter Muhammadiyah yang mencerahkan, membebaskan, dan sekaligus memajukan.

Haedar juga menyampaikan dukungannya terhadap gerakan praksis yang dilakukan oleh Pemuda Muhammadiyah selama ini. Dalam gerakan-gerakan praksis, Haedar menyarankan supaya gerakan ini diarahkan pada dakwah komunitas dan dakwah kultural yang telah digagas oleh Muhammadiyah.

“Jadi dengan gerakan praksis itu kita kembali lagi ke habitat komunitas, kembali lagi ke masjid yang juga perlu didatangi dan menjadi bagian dari jamaah Pemuda Muhammadiyah. Mudah-mudahan perenungan ini menjadi bagian dari inspirasi kita bersama dan selamat kepada Pemuda Muhammadiyah,” tutup Haedar. (Ribas)

Exit mobile version