YALA, Suara Muhammadiyah- Sejumlah 110 calon mahasiswa asal Thailand mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada Kamis (4/5) di Yala, Thailand Selatan. Seleksi dilakukan melalui wawancara langsung kepada para peserta yang sebelumnya telah lolos dalam seleksi administrasi yang dilakukan oleh Southern Border Provinces Administration Center (SBPAC).
Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur Kerjasama SBPAC, Teeruth Supawiboonpol dan juga Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Edy Suandi Hamid.
Disampaikan Edy bahwa adanya kerjasama ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan berdampak semakin terbukanya pasar intra ASEAN dalam bidang pendidikan tinggi ini. Menurutnya, selama ini Indonesia lebih banyak menjadi pasar bagi negara lain.
“Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya sudah berkhidmat di bidang pendidikan, melakukan ekspansi juga ke mancanegara. Beberapa tahun terakhir ini kita secara khusus ke Thailand. Ke depan akan banyak negara yang kita garap,” tuturnya.
Menurut Edy, selama ini sudanh banyak mahasiswa asing dari berbagai negara Asia, Australisam dan Amerika yang menyebari di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Kendati demikian, Edy menuturkan bahwa jumlahnya masih terbatas dan para mahasiswa datang secara individual, belum didesain secara khusus seperti yang dilakukan di Thailand sekarang ini.
“Kita juga aktif mengikuti pameran-pameran pendidikan di luar negeri. Agustus nanti kita ikut pameran pendidikan di Songkhla, Thailand Selatan,” ujarnya.
Untuk masuk lebih jauh ke pasar ASEAN, lanjut Edy, Muhammadiyah bahkan sudah punya gagasan untuk mengakuisisi perguruan tinggi di wilayah ASEAN. “Tapi itu masih dilakukan kajian mendalam,” imbuhnya.
Lebih lanjut Edy menjelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut dibahas rencana perluasan kerja sama dengan mengubah MoU yang sudah ditandatangani sejak sembilan tahun lalu. Pembahasan dilakukan dengan Deputi Sekjen SBPAC, Somkeart Ponorayoon. Direncanakan kemungkinan memperluas cakupan provinsi yang semula hanya lima provinsi menjadi 14 provinsi.
Edy menambahkan, mahasiswa yang diterima juga tidak hanya mahasiswa yang beragama Islam tetapi beragama lain seperti Budha yang merupakan agama mayoritas warga Thailand. “Kita tunjukkan bahwa Perguruan Muhammadiyah bersifat inklusif dan mendidik siapapun yang ingin belajar, apapun keyakinannya. Di Papua dan NTT, lebih 80 persen mahasiswa PTM adalah non-Muslim,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Kantor Urusan Internasional (KUI) PTM, Endang Zakaria menjelaskan bahwa seleksi dilakukan oleh tujuh pengurus KUI PTM yang meliputi UMJ, UAD, UMSU, UM Gorontalo, UM Palembang, UM Purwokerto, dan Stikes Muhammadiyah Palembang.
Senada dengan hal tersebutm Ketua Forum KUI PTM, Ida Puspita memaparkan bahwa hingga kini sudah banyak mahasiswa asal Thailand yang didisik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
“Ini sudah yang kesembilan kali kita lakukan. Semula hanya melibatkan 13 PTM. Sekarang sudah 18 PTM dan totalnya sudah ratusan mahasiswa Thailand yang dididik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah,” jelasnya (Irwan/ Yusri).