Keseimbangan Pemaknaan

din syamsuddin

Foto Dok SM

Oleh Prof DR H Din Syamsuddin MA

Persyarikatan Muhammadiyah dituduh mempraktikkan pengamalan ibadah Islam minimalis. Alurnya adalah karena warga Muhammadiyah dalam menjalankan shalat sangat praktis. Setelah usai melaksanakan shalat, berdo’a kemudian selesai. Tidak ada wirid dll.

Islam minimalis? Tidak. Persyarikatan Muhammadiyah sangat proporsionalis. Ibadah shalat yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah adalah sangat penuh pemaknaan. Mendalam. Proporsional.

Hasil dari pendalaman pemaknaan ini, sangat luar biasa. Dari do’a-do’a yang dipanjatkan dengan penuh dihayati kemudian dimaknai dapat menjadikan hidup yang berhasil. Sukses. Keberhasilan yang demikian itu dapat menjadikannya sebagai seorang yang Mukmin. Muslim yang berhasil.

Jika do’a-do’anya adalah menjadi seorang yang kaya. Maka kekayaannya itu akan dapat menjadikan seorang muzaki yang suka berzakat dan shadaqah. Menjadi orang yang kaya, kita dapat beramal. Kita bisa membangun masjid. Membangun sekolah. Membangun rumah sakit.

Ibaratnya seperti kita menggelar sajadah panjang. Mengamalkan nilai-nilai shalat secara luas dan terus menerus.

Masjid sebagai pusat  menjalankan ibadah, masjid harus pula menjadi pusat  kegiatan Islam. Ayat Al Quran memfirmankan,”mereka yang memakmurkan masjid Allah….menjalankan shalat dan zakat” adalah mendorong mereka yang memiliki keinginan umat untuk maju. Tampil dengan pandangan keagamaan keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas.

Persyarikatan Muhammadiyah terus mendorong umatnya untuk bersikap seimbang anta ra keseimbangan mablum minallah dan minannas. Mengembangkan kehidupan duniawi dengan penuh kemajuan tetapi tetap menjalakan ibadah shalat sebagai landasannya.

Masjid sebagai tempat mengembangkan hubungannya dengan Allah. Mablum minnallah. Tetapi masjid harus pula menjadi pusat mengembangkan hablum minannas kehidupan. Masjid dapat menjadi pusat kebudayaan. Pusat kegiatan ekonomi, mengembangkan seni budaya Islam.

Zaman Rasulullah, masjid bagi Nabi Muhammad tidak saja sebagai tempat ibadah tetapi dapat digunakan juga sebagai tempat mengatur siasat strategi perang.

Yogyakarta memiliki tiga tempat atau sering disebut dengan 3 K. 3 K ini adalah Karangkajen, Kauman dan Kotagede. 3 K ini pada zamannya adalah pilar pusat gerakan Muhammadiyah yang hingga kini tidak boleh lekang karena zaman.

Kotagede sebagai salah satu pusat gerakan Muhammadiyah yang hingga kini terus berkembang, telah membuktikan selain sebagai pusat gerakan amal ibadah Islam tetapi dapat menjadikan manusia menjadi seorang yang berhasil secara ekonomi. Pusat perdagangan dan masyarakatnya sangat sukses menjadi orang kaya.

Gerakan besar Muhammadiyah di Kotagede sampai saat ini masih terus hidup. Karena itu jika Muhammadiyah harus menampilkan profil PCM yang akan menjadi unggulan percontohan, maka hal itu haruslah pula dapat menjadi PCM pemberi inspirasi dan pencerahan. Sejarah telah  membuktikan, dari Kotagede melahirkan tokoh-tokoh nasional. Seperti KH Muzakhar, atau Prof DR HM Rosyidi BA, seorang ulama yang menjadi Menteri Agama pertama RI.

Orang-orang seperti itu, telah memberikan keteladanan yang luar biasa yang dapat mengawal aqidah Islamiyah. Tidak salah jika PCM Kotagede termasuk salah satu PCM yang memberi pencerahan dan nilai-nilai  Islam yang menyinari negeri.

Mencerahkan, yang juga berarti menyinari atau attanwir harus menjadi idealisasi: Muhammadiyah sebagai gerakan yang memberi arti.

  1. Membebaskan manusia dari masalah-masalah yang membelenggu. Membelenggu kemanusiaannya kemudian dibebaskan. Yang meliputi dari kebebasan dari takhayul, bidah dan churafat.
  2. Memberdayakan dari setiap kesulitan hidup lewat pendidikan, kesehatan.
  3. Memajukan umat dari kemunduran-kemunduran. Seperti keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan

Tegasnya, Muhammadiyah membawa Islam berkemajuan.

Allah menegaskan, umat akan ditimpakan  keterpurukan, ditimpakan kemiskinan, dan kehinaan jika tidak memperhatikan dua syarat. Yaitu 1. hablum minallah dan 2. hablum minannas.

Hubungan kepada Allah dan hubungan kemanusiaan haruslah menjadi keseimbangan hidup. Masalah ini pula yang menjadi masalah umat Islam saat ini.

Berislam  dan berhaji tetapi masih ditangkap oleh KPK karena perkara korupsi.

Exit mobile version