Mantan Ketum IMM: Problem Dasar Kita adalah Konsolidasi Struktur dan Peningkatan Kapasitas SDM

Mantan Ketum IMM: Problem Dasar Kita adalah Konsolidasi Struktur dan Peningkatan Kapasitas SDM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) periode 1995-1997, Syahril Syah mengatakan bahwa sebagai sebuah organisasi yang berusia 53 tahun, IMM masih mengalami permasalahan internal yang perlu dibenahi. Menurut amatannya, persoalan itu adalah terkait dengan konsolidasi struktur dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia para kader.

Hal itu dikatakan dalam acara Talkshow Nasional dengan tema ‘Back box: Rekaman Rahasia 53 Tahun IMM Mengawal Bangsa’ di Food Court Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang digelar oleh PK IMM Dakwah, Sabtu (6/5). Syahril lalu menceritakan pengalamannya memimpin IMM. Turut mengawasi dan menjadi mitranya adalah Djazman al-Kindi yang merupakan pendiri IMM dan sekaligus pengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ketika itu.

Menurutnya, IMM di masa sekarang harus memperhatikan konsolidasi jaringan. “IMM adalah kepemimpinan kolegal,” tuturnya. Oleh karena itu, IMM harus memperkuat ikatan demi kemajuan bersama. “Bahwa yang namanya cabang itu tidak boleh lagi berbasis legislatif-pemerintahan. Pimpinan ranting yang dianggap memadai, dan cukup SDMnya untuk didorong menjadi cabang, jadikan dia cabang,” urainya.

Satu hal, kata Syahril, sampai sekarang perlu dilakukan kajian ulang adalah, apakah betul IMM mentransmisikan pikiran tentang model struktur ke dalam watak gerakannya. Kenapa founding fathers IMM, tidak memilih, bentuk organisasi pengurus pusat atau pimpinan pusat, sebagaimana lazimnya di Muhammadiyah. Kenapa menggunakan dewan?

Pertanyaan itu dijawab oleh Syahril yang sering ikut serta dengan para pendiri IMM dan ikut terlibat di dalamnya. “Karena ada kesadaran dan mimpi besar para founding fathers kita bahwa, siapapun kalian dan dari mana pun asal kalian, begitu anda masuk IMM, maka anda akan mengalami pencerahan terutama tegaknya proses emansipatoris. Setiap kader IMM boleh membuat keputusan. Dalam arti, tetep harus melalui garis organisasi,” katanya.

Kata kunci dari dewan, menurutnya, adalah adanya watak prtisipasi dan tidak ikut-ikutan. Hal ini harus menjadi evaluasi bersama. “Jangan-jangan kita semua ini adalah pengikut. Kader-kader pengikut, karena berfikir seperti organisasi komando, organisasi pimpinan pusat, organisasi pengurus pusat. Kita ini anggota dewan. Mewakili aspirasi kita. Sehingga, –itu wacana saya dulu waktu ketua–, bahwa ketua umum itu kuat karena terdistribusi kekuatannya di ketua-ketua bidang,” tutur Syahril. Kemudian institusi DPP IMM, sebagai institusi puncak, itu mengalami proses kekuatan karena kuatnya DPD-DPD, begitu juga Cabang.

Syahril juga menyatakan bahwa IMM didirikan dalam rangka memeri konstribusi positif bagi umat, bangsa, dan persyarikatan. “Kesadaran para founding fathers dahulu mendirikan IMM, bersepakat mendirikan IMM itu sebenarnya sekaligus jawaban terhadap problematika bangsa,” katanya. (Ribas)

Exit mobile version