YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Simposium Internasional bertajuk “Genre Sosial Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia” yang digawangi oleh Suara Muhammadiyah tak lama lagi akan segera digelar. Simposium yang bertujuan untuk mengungkap peran sosial budaya etnis muslim Tionghoa serta peran dan partisipasi etnis Tionghoa dalam sejarah nasional Indonesia ini menjadi penting mengingat meruncingnya isu dan sentimen anti Tionghoa yang kembali menghangat di Indonesia belum lama ini.
“Ini merupakan simposium monumental, karena baru saja bangsa Indonesia agak terpecah karena Pilkada DKI Jakarta sehingga dengan simposium ini merupakan alat untuk merajut kebersamaan dan persatuan,” tutur Ketua MUI DIY Bidang Pendidikan, Sugito dalam Konferensi Pers yang digelar di Gedung PP Muhammadiyah pada Senin (8/5).
Disampaikan Sugito bahwa negara Cina memiliki peradaban dan sosial budaya yang tinggi. Hal ini mengingat adanya salah satu hadits Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa dimintanya manusia untuk senantiasa menuntut ilmu walau sampai negeri Cina.
Etnis Cina, lanjutnya, memiliki peran strategis terutama dalam bidang ekonomi hampir di seluruh negara di dunia. Tak hanya itu, etnis keturunan Tionghoa di Indonesia ini juga relatif besar dan tersebar di seluruh Indonesia, serta memiliki peran sosial budaya yang relatif tinggi dan mewarnai budaya. Kendati demikian, ia menuturkan bahwa hubungan Islam dengan etnis Tionghoa tidak selamanya harmonis. “Kadang-kadang ada riak kecil yang mewarnai hubungan itu,” imbuhnya.
Ketua Koordinator Simposium Internasional sekaligus Pemerhati Sejarah, Ahmad Muarif mengatakan bahwa sangatlah tepat Muhammadiyah sebagai organisasi besar yang mempunyai peran besar dalam mendirikan Republik ini turut mengambil inisiatif untuk mempersatu bangsa dan meletakan sejarah dengan benar agar dapat menuntun generasi berikutnya pada posisi yang benar, melalui penyelenggaraan simposium ini.
“Simposium Internasional yang penuh makna ini diharapkan menjadi dorongan kuat, bahkan menjadi barometer baru dalam mempersatu bangsa ini,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari menyampaikan bahwa memasuki usianya yang genap 102 tahun, Majalah Suara Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk mengungkap fakta-fakta penting seputar peran sosial budaya Muslim Tionghoa di Indonesia. Simposium ini juga akan menghadirkan pembicara-pembicara berkelas internasional dari dalam dan luar negeri. Sebelumnya, Keynote Speaker oleh Dr Asman Abnur SE MSi, Menteri PAN & RB RI, Pengantar Simposium oleh Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, dan Amanat PP Muhammadiyah oleh Dr Haedar Nashir MSi.
“Ketika Suara Muhammadiyah mengangkat simposium internasional ini, sudah pasti memiliki sumber dan data sejarah yang akurat untuk mengungkap secara objektif peran dan partisipasi etnis Tionghoa Muslim di Indonesia,” pungkasnya.
Sugito menambahkan, pihaknya berharap agar simposium ini mampu menempatkan permasalahan sesuai dengan apa adanya, tanpa ada rasa cemburu dan curiga sesama bangsa Indonesia.
“Di samping itu para pembicara adalah pakar-pakar yang ahli dalam bidangnya sehingga mampu memberi pencerahan kepada peserta seminar dan kepada bangsa Indonesia,” tandasnya (Yusri).