YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Pelaksanaan resepsi milad Aisyiyah yang rencananya akan digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kini tinggal menghitung hari. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut hari istimewa bagi organisasi perempuan Muhammadiyah ini. Tak hanya bersifat seremonial, menginjak usia ke 100, Aisyiyah berkomitmen untuk semakin memperkuat gerakannya dengan membawa visi dakwah pencerahan.
Ditemui di Gedung AR Fachrudin UMY, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menuturkan bahwa momentum Milad 100 tahun Aisyiyah ini merupakan momentum untuk merefleksi dan mensyukuri eksistensi organisasi perempuan Muhammadiyah yang telah berkontribusi besar bagi kepentingan umat dan bangsa hingga saat ini dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan dan kesehatan. Menurutnya, adalah kewajiban bagi Aisyiyah untuk menjalankan dakwah lebih luas lagi dengan menekankan pada motivasi spirit berdakwah persyarikatan untuk semua aspek kehidupan.
“Sekarang kita mulai masuk pada gerakan ekonomi UMKM. Itu sudah kami mulai sejak awal abad kedua. Jadi, selain bersyukur, kita juga harus bekerja lebih giat lagi,” tuturnya, Sabtu (6/5).
Menurut Noor, terdapat 3 hal yang menjadi perhatian Aisyiyah dalam memasuki abad kedua. Pertama, Aisyiyah berperan dalam membantu pemerintah untuk mensejahterakan rakyat melalui usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan umat, melakukan proses penyadaran akan hak-hak, serta meneguhkan keimanan supaya implementasi keberagaman tersebut dapat mencerahkan lingkungannya.
“Jadi kalau kita bertaqorub kepada Allah, kita juga harus meneteskan rasa kemanusiaan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kemakmuran terhadap pembelaan kaum dhuafa mustadhafin. Dan itu Aisyiyah punya potensi yang sangat luar biasa,” terangnya.
Kedua, kata Noor, memperkuat dan memperluas gerakan keilmuan bersama seluruh elemen yang ada dengan mendorong literasi-literasi yang diperlukan. “Bagaimana memanfaatkan teknologi, bagaimana menyaring informasi-informasi, dan bagaimana gerakan-gerakan untuk sadar ilmu itu menjadi sesuatu yang perlu kita dorong lagi,” ujarnya.
Ketiga, lanjut Noor, yang menjadi perhatian Aisyiyah pada abad kedua ini yaitu meneguhkan jati diri yang sudah ada pada Aisyiyah sebagai sebuah gerakan dengan sumber dayanya adalah perempuan berkemajuan yang meliputi kemajuan dalam berfikir, serta dapat memberikan harapan dan manfaat bagi banyak pihak.
“Bagaimana Kyai Ahmad Dahlan 100 tahun yang lalu itu sudah menempatkan keyakinannya berdasarkan Al Quran bahwa perempuan itu memang harus ikut di depan. Ikut bertanggung jawab secara sosial dan terhadap lingkungannya,” tandasnya (Yusri).