Pengajian Ahad Pagi UM Ponorogo, Busyro: Jika Keadilan Sirna, Kehancuranlah yang Diterima

Pengajian Ahad Pagi UM Ponorogo, Busyro: Jika Keadilan Sirna, Kehancuranlah yang Diterima

PONOROGO, Suara Muhammadiyah- Dalam Pengajian Ahad pagi di Masjid Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo beberapa waktu lalu yang diadakan oleh Panitia Mesjid Al Manar Unmuh Ponorogo Busyro Muqoddas menyampaikan bahwa setiap manusia pasti mengharapkan kebahagiaan, mengharapkan ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya.

“Tapi tidak sedikit manusia yang malah menjauh dari ketenangan itu. Padahal hati, pendengaran, dan penglihatan adalah sebuah anugrah yang sangat besar. Kelak kesemuanya akan dipertanyakan dan dipertanggung jawabkan untuk apa hati, pendengaran dan penglihatan digunakan,” tegasnya dalam kesempatan yang dihadiri oleh jamaah Muhammadiyah baik tingkat Ranting, Cabang, Daerah, mahasiswa dan masyarakat umum.

Letak keadilan menurut Busyro adalah memposisikan diri pada yang semestinya. Keadilan tidak lain adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seorang kepala rumah tangga bertanggung jawab menafkahi istri dan anaknya. Seorang pelajar, mahasiswa bertanggung jawab dengan pendidikan yang sedang ia tempuh. “Seorang pejabat pemerintahan menggunakan kekuasaannya dengan pertanggungjawaban yang semestinya. Azasnya, masa depan harus dipertanggung jawabkan dan keadilan inilah yang akan mendatangkan ketentraman, ketenangan hidup,” kata Busyro.

Jika nilai keadilan telah sirna, rasa malu telah hilang. Maka menurut Busyro kehancuranlah yang akan diterima. Begitupun dengan seorang yang kehilangan arah, kehilangan kendali, putus rem dan yang selalu menuhankan hawa nafsu, maka mereka itu, layaknya binatang yang disembelih. “Koruptor contohnya, manusia semacam inilah yang telah menghilangkan keadilan, menyiksa rakyat, membinasakan keturunan. Karena korupsi adalah tindakan fasik yang membawa pada kehancuran dan harus dilawan,” tegas Busyro.

Ia melanjutkan bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika segumpal daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. “Dan segumpal daging itu adalah hati. Hati rusak, maka tingkah lakunya akan semerawut, tak tentu arah, selalu dirundung duka, kepapaan yang berlarut-larut, kehancuran dimana-mana dan melenyapkan niai keadilan,” imbuh Busyro.

Jika keadilan hilang, maka keterpurukan akan senantiasa menghantui dan menghancurkan rumah tangga, bangsa dan negara dengan sendirinya.

“Semoga umat Islam selalu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dari tataran keluarga, pemerintah maupun masyarakat sehingga bisa memberikan rasa aman, nyaman dan sentosa bagi seluruh alam,” tandas Busyro (Adam).

 

Exit mobile version