YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah menerima kunjungan peserta Muslim Exchange Program (MEP) yang diinisiasi oleh Kedutaan Besar Australia dan Australia-Indonesia Connection. Peserta MEP tersebut disambut oleh Ketua MTT PP Muhammadiyah Syamsul Anwar dan sejumlah anggota MTT lainnya di Gedung Pusat Tarjih, Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jum’at (12/5).
5 pemuda Muslim peserta MEP ini berasal dari berbagai macam latarbelakang profesi. Di antaranya Ashraf Naim dari Islamic Museum of Australia (IMA), Ayan Omer Shere dari National Zakat Foundation Australia cabang Victoria, Jazeer Nijamudeen seorang pengacara yang kini bekerja di Tertiary Education Quality Standards Agency (TEQSA), Natasha Hill aktivis di komunitas Creating Chances yang fokus di bidang olah raga, dan Zakia Haque peneliti dan aktivis di komunitas Embrace Education yang fokus menangani kesenjangan pendidikan bagi refugees. Kini diperkirakan telah ada 200 lebih alumni dihasilkan dari program pertukaran MEP, beberapa di antaranya mereka yang aktif di Muhammadiyah sendiri.
Muhammad Rofiq Muzakkir, anggota MTT sekaligus Alumni MEP mengatakan bahwa dalam dialog para peserta terlihat tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Muhammadiyah, khususnya pada kemampuan manajerial yang dimiliki Muhammadiyah.
“Mereka belajar tentang Muhammadiyah bagaimana mengumpulkan dana untuk pengembangan universitas, bagaimana manajemen zakat yang produktif, termasuk bagaimana Muhammadiyah merumuskan fatwa dan pandangan keagamaan untuk membimbing masyarakat,” tutur Rofiq.
Menurut Rofiq yang tahun lalu melewatkan dua pekannya di Australia dalam program yang sama, program ini sangat strategis untuk memperkenalkan Muhammadiyah sebagai gerakan berkemajuan ke masyarakat muslim di Australia. “Mereka membutuhkan referensi dalam berjuang sebagai minoritas untuk menjadi masyarakat yang unggul,” terang Rofiq.
Ashraf Naim, salah satu peserta yang juga seorang General Manager Islamic Museum of Australia (IMA) mengaku bahwa melalui dialog bersama sejumlah perwakilan MTT dirinya sangat banyak mendapatkan pandangan Muhammadiyah khususnya bagaimana sebuah organisasi Islam mampu melakukan berbagai aktivitas pemberdayaan salah satunya di bidang kesehatan.
“Muhammadiyah telah berkontribusi besar kepada Indonesia. Saya ingin mendapatkan kesempatan untuk bekerjasama dengan Muhammadiyah seperti untuk berbicara lebih lanjut tentang Muhammadiyah bahkan melalui pameran di Islamic Museum di Australia,” terang Ashraf.
Rowan Gould, Program Manager MEP yang juga turut mendampingi bersama utusan Kedubes Australia di Indonesia mengatakan bahwa program pertukaran Muslim Australia-Indonesia telah berjalan selama 15 tahun. Program tersebut berfokus dalam membangun persahabatan dan persaudaraan antara komunitas Muslim yang ada di Australia dan Indonesia. Setiap tahunnya, MEP mengirimkan kurang lebih 5 peserta dari Australia dan Indonesia untuk melakukan kujungan kurang lebih selama 2 minggu ke berbagai organisasi keagamaan, universitas, komunitas, LSM, masjid-masjid dan sejumlah alumni MEP yang ada di negara setempat.
“Walaupun Australia dan Indonesia adalah negara tetangga namun kebanyakan belum saling tahu bagaimana gambaran Islam dan komunitas keagamaan di masing-masing negara,” tandas Rowan (Th).