YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Terdapat hubungan signifikan antara performa linguistic dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, tetapi tidak ada hubungannya secara langsung antara performa linguistic dan kecerdasan spiritual. Hal ini yang menjadi kesimpulan disertasi oleh Kasmil S. Abdulwahid yang berjudul “The Relationship Among Linguistic Performance, Emotional, and Spiritual Intelligence and Factors Affecting Them” saat sidang promosi doktornya di Ruang Sidang Gedung AR. Fachruddin A lt.5 pada Jumat sore (12/5).
Kasmil, Mahasiswa asal Filiphina ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif dalam disertasinya. Dia mengambil sampel dari 110 siswa kelas 9 sekolah menengah pertama dari dua sekolah muslim berbeda, satu sekolah swasta dari Filiphina yaitu MIT di Bongao, Tawi-tawi dan satu sekolah swasta dari Indonesia yaitu SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Mereka dites “Lingusitic Performance” melalui serangkaian tes listening, speaking, reading dan writing.
“Pertanyaannya adalah apakah ada perbedaan signifikan antara performa linguistic siswa muslim, emosional dan kecerdasan spiritual dengan profil demografis siswa, sekolah dan Negara? Kami menemukan beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain Gaji Orang Tua,Pendidikan Orang Tua, Grup Sosial, Religiusitas Keluarga dan Pengalaman Berbahasa,” jelasnya.
Kasmil menyatakan bahwa Kecerdasan Spiritual memang tidak langsung berhubungan dengan Performa Linguistik. Namun tetap berhubungan dengan kecerdasan emosional yang juga mempengaruhi performa linguistik. “Meskipun kecerdasan spiritual tidak langsung berkorelasi dengan performa linguistic, bagaimanapun hal ini sangat kuat hubungannya dengan kecerdasan emosional. Hal ini berarti bahwa siswa dengan kecerdasan spiritual cenderung mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi, dimana kecerdasan emosional yang tinggi cenderung untuk mempunyai performa akademik yang tinggi, juga performa linguistic yang tinggi. Karenanya, level kecerdasan spiritual juga penting,”ujarnya.
Riset yang dilakukan oleh Kasmil yang mengambil sampel dari dua Negara, Filiphina dan Indonesia membuatnya mempunyai usulan terhadap program pendidikan di dua Negara. Menurutnya, Indonesia dan Filiphina harus mempunyai program yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswanya. “Program khusus untuk meningkatkan kecerdasan emosional, karena hal ini merupakan kemampuan bukan bakat bawaan. Sekarang waktu yang tepat bagi dua negara ini untuk memasukkan kecerdasan emosional di dalam kurikulum, tidak hanya sekedar kurikulum tersembunyi, tetapi juga sebagai pelajaran terpisah seperti Negara maju lain terapkan seperti Singapura dan Australia,”harapnya.
Kasmil S Abdulwahid menjadi Doktor ke-37 yang diluluskan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Selain itu, promovendus yang dipromotori oleh Prof. Dr. Siswanto Masruri, MA, dan Prof.Dr. Alef Theria Wasim, M.A, ini juga menjadi Mahasiswa Asing ke-dua penerima gelar Doktor di UMY. Kasmil juga mendapat predikat sangat memuaskan dan akan diberikan gelar Doktor Psikologi Pendidikan Islam (bagas).