MALANG, Suara Muhammadiyah- Hutan identik dengan tempat yang seram dan dihuni hewan liar. Namun, di tangan lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), hutan tak lagi terkesan seram, malah sebaliknya. Mereka berhasil membuat hutan nampak ceria dan menyenangkan, bahkan menjadi tempat pariwisata dan hutan edukasi. Itulah wajah baru Hutan Kota Malabar di tengah Kota Malang, Jawa Timur.
Lima mahasiswa UMM tersebut yaitu Mohammad Arifin Murian, Nurna Hidayati Ningsih, Racha Pratama Supriyadi, Nurwahyudi dan Sahara Fristy Mirandani. Melalui Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) mereka berhasil melakukan inovasi dengan penambahan aksesoris hutan seperti payung berwarna, lampion serta penyedian kasur gantung (hammock).
Ketua tim PKM-P, Mohammad Arifin Murian menyatakan, penambahan aksesoris yang diberikan bertujuan untuk menambah nilai estetika serta menjadikan Hutan Kota Malabar lebih berwarna. Selain penambahan aksesoris, lima mahasiswa tersebut juga menyediakan tongkat narsis (tongsis) yang disediakan gratis, papan foto yang berisikan kalimat persuasif untuk berkunjung ke Hutan Kota Malabar secara gratis. “Kami yakin dengan penambahan aksesoris ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan serta menambah daya tarik masyarakat khususnya mahasiswa,” ujar Arifin.
Penambahan payung serta lampion mampu menyegarkan kembali wajah hutan kota Malabar ini selain itu juga kerap kali para pengunjung menjadikan payung serta lampion tersebut sebagai tempat favorit mereka untuk berswafoto. Dengan mengusung judul “Terapi Self Potrait Penerapan Sistem Ekowisata Pada Kawasan Hutan Kota Malabar Malang sebagai Daya Tarik Wisatawan”, Arifin dan timnya ingin mem-branding dan mempromosikan Hutan Kota Malabar pada masyarakat luas.
Tidak hanya aksesoris yang ditambahkan lima mahasisa tersebut. Lebih lanjut, Arifin menambahkan, timnya juga memberikan edukasi kepada para pengunjung tentang fungsi hutan sebagai paru-paru dunia, habitat burung dan juga sebagai sarana edukasi tentang penghijauan. Menurut mahasiswa program studi Kehutanan itu, masyarakat secara umum masih belum banyak yang memahami fungsi hutan. “Setelah kami lakukan survey, ternyata sebagian orang masih belum mengetahui tentang pentingnya hutan ditengah kota ini. Maka kami rasa perlu adanya edukasi pada masyarakat,” ungkap Arifin.
Terlebih lagi, Hutan Kota Malabar juga dapat dimanfaatkan masyarakat hanya untuk sekedar beristirahat, bercengkrama bahkan dimanfaatkan untuk olahraga. Bagi Arifin dan timnya, semua fasilitas yang dibuat merupakan bentuk nyata mahasiswa sebagai agen perubahan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat keberadaannya. “hasil penelitian ini merupkan salah satu sumbangsih nyata kami kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan memelihara hutan di tengah kota,” pungkasnya. (Humas UMM)