PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah- Rencana akuisisi perguruan tinggi di Malayisia oleh 12 Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia ditunda untuk sementara waktu. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yunahar Ilyas usai menghadiri kegiatan pengajian di Masjid Ahmad Dahlan Kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu (13/5).
“Untuk sementara, kita pending dulu,” ujarnya.
Disampaikan Yunahar bahwa penundaan akuisisi perguruan tinggi di Malaysia ini dikarenakan kampus yang akan diakuisisi adalah perguruan tinggi e-learning yang tidak memiliki kampus tetap. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk mengakuisisi cukup besar.
“Dana yang dikeluarkan untuk mengakuisisi Perguruan Tinggi di Malaysia cukup besar. Mencapai sekitar Rp 500 miliar,” jelasnya.
Sebelumnya, 12 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Indonesia bersama-sama merencanakan akuisisi perguruang tinggi di Malaysia. Perguruan Tinggi yang akan diakuisisi adalah Asia E University di Kuala Lumpur yang menyelenggarakan pendidikan dari jenjang S1 hingga S2. Kendati demikian, sistem pendidikan yang digunakan oleh Asia E University tersebut ternyata berbasis e-learning atau sistem pembelajaran jarak jauh.
Berangkat dari hal tersebut, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang sebelumnya mengeluarkan surat tugas kepada 12 PTM untuk membeli saham mayoritas salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Malaysia, meminta rencana tersebut ditunda.
Disampaikan Yunahar bahwa dengan uang sebesar itu, jika digunakan untuk membangun PTM di Tanah Air sudah bisa cukup banyak atau cukup besar. Menurutnya, yang diinginkan Muhammadiyah dalam upaya pelebaran sayap badan amal pendidikan di dunia internasional adalah berupa kampus yang riil.
“Untuk itu, jika akan mengakuisisi lembaga pendidikan di luar negeri, sebaiknya berupa perguruan tinggi yang memang riil dalam arti memiliki gedung kampus pendidikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Yunahar menyampaikan bahwa sebelumnya Muhammadiyah juga telah mendapat tawaran mengakuisisi perguruan tinggi riil di Malaysia. Namun lokasi kampus tersebut berada di Kelantan. Ia menuturkan bahwa pihaknya sudah menanyakan terkait kemungkinan pemindahan kampus dari Kelantan ke Kuala Lumpur pada Kementerian Pendidikan setempat. Namun, dari informasi yang didapat disebutkan terdapatnya ketentuan bahwa perguruan tinggi yang berdiri di satu negara bagian tidak dapat dipindah-pindah ke negara lain.
“Berdasarkan pertimbangan tersebut, tawaran untuk mengakuisisi PTM di Kelantan tersebut juga belum bisa dilakukan. Kita masih mencari perguruan tinggi yang lain,” tuturnya.
Adapun yang lebih prioritas yang akan dilakukan Muhammadiyah, lanjut Yunahar, adalah dengan mengembangkan PTM_PTM di Indonesia. Salah satunya yakni dengan mendirikan PTM-PTM di wilayah-wilayah yang selama ini belum terdapat PTM seperti Ambon dan Samarinda.
“Kampus-kampus besar Muhammadiyah kami minta juga bisa ikut membina kampus di kedua kota tersebut,” tandasnya (Eko/ Yusri).