YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy mengapresiasi kiprah seabad Aisyiyah. Organisasi perempuan Muhammadiyah yang berdiri pada 19 Mei 1917 itu telah mendedikasikan diri untuk memajukan perempuan Indonesia dalam segala bidang. Konstribusi terbesar Aisyiyah adalah dalam bidang pendidikan, terutama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
“Kebanyakan TK yang ada di Indonesia dikelola oleh masyarakat. Jauh lebih banyak dibandingkan yang dikelola oleh pemerintah. Masyarakat pengelola Aisyiyah yang paling banyak adalah Aisyiyah,” tuturnya dalam sambutan pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dengan tema “Memajukan Pendidikan Usia Dini untuk Mencerdaskan Generasi Emas Bangsa”, di Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Kamis, 18 Mei 2017.
Sebanyak 20.125 sekolah PAUD yang dikelola Aisyiyah telah menyumbang 25% PAUD yang ada di Indonesia. Semua dedikasi Aisyiyah itu dimaksudkan sebagai wujud memberikan yang terbaik untuk umat dan bangsa dalam rangka memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan anak, kata Mendikbud, dimulai dengan pendidikan perempuan atau ibu itu sendiri. Aisyiyah merupakan salah satu organisasi yang berusaha untuk memberdayakan para perempuan atau para ibu.
“Pendidikan itu dimulai sejak berada dalam kandungan, di janin,” kata Muhadjir. Menurutnya, pendidikan sejak dini dalam perspektif Islam, adalah dimulai sejak dalam kandungan. Kemudian ketika menyusui, hingga fase-fase selanjutnya. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian ilmu pengetahuan kontemporer.
Oleh karena itu, Mendikbud, menyatakan dukungan terhadap upaya Aisyiyah yang menjadikan milad 100 tahun sebagai upaya untuk revitalisasi dan pengembangan pendidikan anak usia dini. Terlebih di tengah kondisi bangsa yang akan segera menyambut era bonus demografi. “Saya kira (acara rembuk nasional) ini awal yang bagus untuk masa depan bangsa,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Mendikbud juga menyatakan bahwa pendidikan karakter dan nasionalisme juga telah ditanamkan sejak dini sekolah-sekolah yang dikelola oleh Aisyiyah. Tak hanya itu, Muhammadiyah dan Aisyiyah, kata Mendikbud, telah membangun pendidikan inklusif atau berbasis kebhinnekaan. Muhadjir menyebut beberapa lembaga pendidikan Muhammadiyah/Aisyiyah yang mayoritas peserta didiknya adalah non muslim. (Ribas)