MANADO, Suara Muhammadiyah-Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak diundang secara khusus untuk berdialog dengan beberapa aktivis Islam Sulawesi Utara di Manado, hadir Ketua GPII, Pemuda Muslimin, BKPRMI, Brigade Masjid, GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah, HMI, KNPI dan organisasi lainnya.
Sebelumnya, Dahnil mengagendakan untuk melantik Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara di Manado, namun karena mengetahui kehadirannya di Manado beberapa aktivis organisasi kepemudaan dan Ormas Islam mengundang untuk berdialog.
“Dialog berlangsung dengan menggembirakan, teman-teman bisa memahami kondisi keumatan dan kebangsaan saat ini, terutama terkait dengan Isu Toleransi dan Keberagaman. Termasuk teman-teman tersebut mejelaskan kepada saya terkait dengan informasi Isu Gerakan Minahasa Merdeka, yang tentu diharapkan kawan-kawan di Manado tidak menjadi penyulut terganggunya harmonisasi umat beragama, termasuk peristiwa yang menimpa Saudara Fahri Hamzah beberapa waktu yang lalu,” tutur Dahnil.
Akhirnya, malam hari setelah melantik Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara, Dahnil mengajak kawan-kawan organisasi Islam dan Ormas Islam, Katolik dan Kristen agar bersilahturahim dan berdiskusi
Dengan beberapa Tokoh Kristen dan Katolik di Manado, Sulawesi Utara. Ditemani Ketua Pemuda Muhammadiyah Saudara Salman Saelangi, Ketua GPII, Ketua Brigade Masjid, Ketua BKPRMI, Pemuda Katolik, dan lainnya, Dahnil berkunjung ke Komplek Gereja Santa Theresia dan bertemu dengan Pastor Fred S Tawaluyan.
“Saya bersilaturahim dan berdiskusi terbuka dengan Pastor Fred S Tawaluyan. Saya menyampaikan, bahwa Saya ingin mendengarkan nasihat dari Pastor Fred S Tawaluyan terkait dengan suasana keumatan dan kebangsaan saat ini,” tuturnya.
Pastor Fred S menyampaikan, “Saat ini toleransi penting dijaga, caranya, ya seperti yang dilakukan oleh Mas Dahnil saat ini, membangun silahturahim, saling mengunjungi dan berdialog dengan terbuka, dialognya Dari hati ke hati, jujur. Bukan yang penuh kepalsuan. Tidak Simbolik saja seperti klo natal teman-teman organisasi Islam Jaga gereja, kemudian Idul Fitri organisasi Kristen jaga masjid dan lapangan, tapi yang paling penting adalah silahturahim pertemuan seperti ini. Mudah-Mudah Apa yang dilakukan Mas Dahnil ini bisa dicontoh dan dilanjutkan oleh teman-teman OKP dan Ormas di Sulawesi Utara, yang sebenarnya Sudah Saya (Pastor Fred) lakukan melalui Badan Koordinasi Umat Beragama (BKSUB) Sulawesi Utara.”
Senada dengan Pastor Fred S Tawaluyan, Dahnil menyatakan toleransi bagi rakyat Indonesia sebenarnya sudah menjadi genetika. Bahkan, Toleransi Umat beragama di Indonesia sudah menjadi best practice bagi dunia. “Namun, toleransi umat beragama Yang sebenarnya baik-baik saja itu kemudian dirusak dengan narasi-narasi ketertakutan sekolah toleransi kita terancam, padahal ditingkat masyarakat baik-baik saja, tapi justru sumber masalahnya adalah elit-elit politik yang rajin memproduksi narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam,” katanya.
Praktik politik yang dilakukan oleh para elit politik Indonesia belakangan ini, kata Dahnil, justru sesungguhnya yang mendestruksi toleransi dan keberagaman Indonesia. Sedang di akar rumput baik-baik saja, dan merawat toleransi yang otentik.
Pernyataan ini, diamini oleh Pastor Fred S Tawaluyan dan mengajak umat tokoh-tokoh Beragama Dari Sulawesi Utara yang hadir bersama Saya ikut menjaga toleransi otentik yang dimaksud, dan menangkal upaya produksi kekhawatiran berlebihan terkait dengan ancaman toleransi. (Ribas)