YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- 19 Mei merupakan momentum bersejarah bagi ‘Aisyiyah. Pasalnya, gerakan perempuan Muhammadiyah yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan ini genap memasuki usia ke 100. Usia satu abad bukanlah usia yang sebentar bagi ‘Aisyiyah dalam menggelorakan gerakan dakwahnya. Berbagai perjuangan yang dilakukan para pendiri ‘Aisyiyah telah berhasil diteruskan oleh para penerus ‘Aisyiyah hingga saat ini yang dibuktikan dengan banyaknya kiprah yang berhasil ditorehkan oleh ‘Aisyiyah dalam perjalanannya hingga satu abad.
“Genap 100 tahun, ‘Aisyiyah telah mengukir sejarah emas sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah di pentas pergerakan nasional. Kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada para pendiri terdahulu yang telah berjuang meletakan dasar-dasar perjuangan ‘Aisyiyah,” tutur Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam Resepsi Milad 100 Tahun ‘Aisyiyah, pada Jumat (19/5).
Mengusung tema “Memuliakan Martabat Umat dan Berkiprah Memajukan Bangsa”, Resepsi Milad yang digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini berlangsung khidmat dengan diikuti oleh ratusan warga ‘Aisyiyah dari seluruh penjuru Tanah Air, serta beberapa tamu undangan yang hadir.
Usia seabad, kata Noor, merupakan jembatan emas bagi ‘Aisyiyah untuk terus memperbaharui langkah guna menghadirkan gerakan pencerahan yang menyinari gerakan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Hal ini sesuai dengan spirit yang terus digemakan oleh ‘Aisyiyah dalam berkhidmat untuk memajukan bangsa agar memperoleh kehidupan yang baik.
Berbagai langkah pembaharuan telah ditorehkan ‘Aisyiyah melalui kiprahnya dalam membina kehidupan keagamaan yang sejalan dengan Al Qur’an dan hadits, membina institusi keluarga, memperbaharui lembaga pendidikan, serta menghadirkan layanan kesehatan. Tak hanya itu, ‘Aisyiyah juga turut melakukan pemberdayaan sosial ekonomi dan pendidikan politik serta berbagai kegiatan lainnya.
“Langkah-langkah tersebut merupakan langkah pembaharuan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kyai Ahmad Dahlan bahwa melalui ‘Aisyiyah, Kyai Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan wanita untuk mengenyam pendidikan dan fungsi sosial setingkat dengan kaum pria,” terang Noor.
Lebih lanjut Noor menyampaikan bahwa dalam memasuki abad kedua, ‘Aisyiyah dituntut untuk terus menggelorakan paham Islam berkemajuan sebagaimana paham Muhammadiyah yang cinta kepada kedamaian, Islam yang anti kekerasan, anti penindasan, anti diskriminasi, anti keterbelakangan, serta Islam yang memuliakan laki-laki dan perempuan.
“Oleh karena itu, mari kita jadikan milad ini sebagai refleksi sekaligus meneguhkan untuk berjihad di jalan Allah. Kita berharap aktivis ‘Aisyiyah adalah aktivis yang akan menjadikan perempuan yang berkemajuan, yang mampu hadir menjalankan peran-peran kemanusiaan yang membebaskan, yang memberdayakan, dan yang memajukan kehidupan umat manusia pada saat ini dan kedepan,” tandasnya.
Dalam perhelatan Resepsi Milad yang dihadiri ribuan warga Asiyiyah yang berasal dari Sabang Hingga Merauke tersebut juga digelar Bazaar yang melibatkan puluhan stand dari MEK Aisyiyah di daerah ataupun Badan Ekonomi Milik Aisyiyah lainnya, acara menggambar bersama yang diikuti oleh 250 murid TK ABA Aisyiyah, penganugerahan Aisyiah Award yang diserahkan oleh perwakilan keluarga Siti Walidah Dahlan dan Siti Bariyah, penandatanganan MoU dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, serta penampilan sendratari dan drama kolosal oleh siswa siswi dari sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah di DIY (Yusri).