Oleh: David Efendi*
E.H Carr, ahli sejarah, dalam bukunya What is History diterbitkan tahun 1964) membongkar musabab mengapa, ‘jutaan orang yang menyeberangi sungai Rubicon, tetapi hanya Julius Caesar yang mendapat perhatian sejarawan’. Kali ini, pada sebuah Ranting ‘istimewa’, di Mana saya dilahirkan, memaksakan perhatianku ke arahnya. Entah apa sebabnya. Barangkali dikarenakan selama ini, dinamika dan perhatian orang-orang sering terpusat pada kedahsyatan dan prestasi Muhammadiyah di level pusat, wilayah, atau daerah. Tidak banyak buku mengenai sejarah ranting dan ‘etos’ orang-orang kampong membangun persyarakatan, misalnya, khusus orang-orang desa saya dan sekitarnya, sampai ke negeri seberang.
Salah satu sebab mengapa ini perlu ditulis adalah karena keberadaan ranting Muhammadiyah yang warganya mempunyai aktifitas persyrakitan di Malaysia bernama ‘ranting istimewa’ sejak 2007 silam. Ranting ini bernama Ranting Godog. Lokasinya di tepi bengawan solo di Lamongan, Jawa Timur. Baik di Godog atau di Kampung Baru, Kuala Lumpur keduanya layak disebut sebagai ‘Ranting Istimewa.’ Orang Godog dan sekitarnya, membuat perkampungan (memusat) di Kampung Baru—tidak heran suasana disana ketika saya berkunjung, persis seperti kampong Godog suasananya: warung makan, masakan, dan aktifitas TPA serta jamaah di masjid.
Pada awalnya, Ranting Godog bergabung dengan desa tetangga sebagai Ranting Godog-Bulubrangsi (Maslahul Falah dalam buku Latar Ombo: sejarah Muhammadiyah Bulubrangsi). Tidak hanya rantingnya, kepengurusan Pelajar dan mahasiswa yang keluar dari kedua desa ini juga membentuk kelompok bersama-sama untuk saling mempekuat gerakan intelektualisme di pedesaan. Ranting yang warganya 100% Muhammadiyah ini, tahun 2017 ini mendapat penghargaan dari LPCR PP Muhammadiyah sebagai salah satu Ranting Muhammadiyah terbaik nasional.
Dari sekian banyak Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah atau Aisyiyah di mancanegara, hanya di Malaysia yang memiliki ranting istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah. Warga Bulubrangsi dan Godog memiliki kontribusi cukup besar terhadap kehadiran dan keberlanjutan Ranting istimewa di Kuala lumpur ini. Hal ini terbukti, misalnya, ketua-ketua ranting istimewa juga berasal dari kedua desa ini atau sekitarnya seperti desa Karanwungu Lor, Payaman, Pucuk, dan Solokuro. Namun demikian, kontribusi PCIM dan PP Muhammadiyah sangat penting untuk memberikan spirit Ranting Istimewa di Kuala lumpur ini. Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Aisyiyah serta ketua Pemuda Muhammadiyah sudah datang ke Kuala lumpur dan memberikan semangat luar biasa bagi militansi pengurus Ranting Istimewa Muhammadiyah.
Kembali ke Godog. Ada pertanyaan, apa yang menjadikan Ranting ini sangat istimewa di mata LPCR dan para pemimpin Muhammadiyah di Pusat. Seorang pesreta expo Cabang dan ranting dari Yogyakarta, Mas Amirrudin, mencatat kesan istimewa itu:
“…Godog mempunyai sebuah Masjid, at-Taqwa namanya, cukup luas, dan sedang dibangun lantai 2. Godog juga punya 9 Musholla dan beberapa langgar. Lebih dari itu, Godog punya sekolah yang komplit; PAUD, TK ABA, SD/MI, SMP, SMA/MA bahkan sebuah Pondok Pesantren, Ponpes al-Falah. Semua itu dikelola langsung oleh Pimpinan Ranting. Organisasi Otonom juga nyaris lengkap; Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, IPM, HW dan Tapas Suci, dan semuanya aktif berkegiatan. Ranting Godog punya amal usaha ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang tak kalah hebat. Godog punya koperasi yg asetnya mendekati angka 2 milyar, punya jasa sewaan transportasi, jasa transfer uang dari luar negeri dan lain-lain. Jumputan beras juga rutin ditarik setiap minggunya, dan santunan kematian sebesar 1 juta rupiah untukk warga.”
Penggalan catatan apresiatif ini dapat dibenarkan. Sejak kecil saya merasa kampong ini adalah kampong santri, suara-suara seruan adzan bersahutan, suara orang pidato, pengajian setiap habis jamaah di masjid Tak putus putus, tadarus/mengaji, dan semaraknya kehidupan religi di berbagai mushola-musholah seperti islam yang sangat dinamis dan gembira. Pusat-pusat pembalajaran masyarakat ada di ‘pondok’ sebutan lain dari kompleks perguruan Muhammadiyah yang sangat megah di zamannya dengan bangunan nan gagah dan unggul. Kegiatan-kegiatan AMM sangat ramai dan penuh kegembiraan di setiap waktu. Nyaris, anak-anak yang tumbuh di desa ini tidak berkesempatan membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Segala aktifitas yang dapat mengasah bakat minat dan aktualisasi diri melimpah ruah. Itulah mengapa anak-anak dari desa-desa lain bersekolah ke Godog. Pusat pencerahan dan penggemblengan ideologi Muhammadiyah ada di desa ini. Wajar saja ada julukan desa ini sebagai desa ‘Telaga Bening.’ Desa yang dibangun dari spirit islam berkemajuan—maju di bidang keislaman, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Kebangagan lainnya adalah karena madrasah ibtidaiyah Muhammadyah di Godog bernomor 1 (MI Muhammadiyah 1). Artinya, sudah sangat tua berkiprah lalu ditemani SMP Diponegoro yang kemudian berubah menjadi SMP Muhammadiyah 8 (SMP Mapan).
Mirip sekali dengan AMM Kotegede dengan majalah ‘brosur’nya, AMM Godog yang tergabung dalam Himpunan siswa mahasiswa Godog (Hismag, “ortom” termuda di Godog) sejak tahun 2002 sudah menerbitkan bulletin dan majalah setiap Hari Raya. Majalah ini diproduksi di kota-kota dimana mahasiswa dan pelajar Godog sedang belajar. Banyak edisi terbit di Kota Yogyakarta, Malang, dan Jember. Anak-anak Godog mempunyai spirit belajar sangat tangguh sejak kecil. Anak-anak panah Muhammadiyah Godog sudah biasa ‘mondok’ sejak lulus Madrasah, SMP, SMA ke berbagai sekolah dan banyak ragam pesantren. Untuk perguruan tinggi, hampir semua perguruan tinggi negeri terhebat sudah dimasuki alumni IPM dan SMP Mapan seperti UIN (cukup dominan sampai 2000-an), ITB, IPM, IKJ Jakarta, ISI Yogyakarta, UGM, Unair, UB, ITS, dan sebagainya. Selain orang Paciran, Orang-orang Godog telah mengisi ruang kosong kiprah orang lamongan di luar penjual pecel lele dan soto lamongan.
kriteria Ranting Unggulan yang ditetapkan oleh LPCR PP Muhammadiyah antara lain adalah terkait pembinaan jamaah (pengajian rutin, misalnya); Manajemen Organisasi, kaderisasi/partisipasi AMM; pemberdayaan ekonomi; memiliki AUM unggulan, dan daya pengaruh kepada ummat. Alhamdulillah, Godog “memenuhi” kriteria dan itu penghargaan sekaligus beban mempertahankannya.
Kesan lainnya penting saya sampaikan lagi dari salah satu peserta kunjungan ke Ranting Godog tempo hari:
“…Godog, di sana telah berdiri Ranting Muhammadiyah setua usia Republik ini, yakni sejak tahun 1945. Orang Yogya boleh bangga karena kotanya menjadi tempat kelahiran Muhammadiyah. Orang Sumatera Barat boleh bangga karena Muhammadiyah menjadi besar di sana. Tapi, kalau melihat langsung Ranting Godog, rasanya kebanggaan itu hanya semu belaka. Godog memberi gambaran yang nyata tentang sebuah kebanggaan, bangga ber-Muhammadiyah.”
Kebanggaan itu dibawah sampai kemana-mana termasuk pada saat bekerja di luar negeri sebagai ‘TKI’ atau TKW. Menjadi Muhammadiyah tidak dibatasi oleh teritorial tetapi menjadi denyut nadi kehidupan di berbagai medan. Pekerjaan paling berat adalah bagaimana mempertahankan capaian-capaian besar ini di masa-masa yang akan datang. Tantangan semakin berat, dan dibutuhkan komitmen luar biasa untuk tetap memiliki dan merawat ranting nan istimewa ini. Semoga bisa terus berjaya!
________________________________________
*Penulis adalah mantan ketua Himpunan Siswa mahasiswa Godog 2006-2007, di Jogokaryan.