YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muda berkemajuan menurut Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dalam melangsungkan dakwahnya memiliki modal sosial yang luar biasa. Menurut Noordjannah, jumlah generasi muda yang sangat signifikan di Indonesia saat ini menjadi poin penting yang harus dimanfaatkan oleh Nasyiah.
“Melihat jumlah anak muda Indonesia saat ini menjadi poin yang sangat signifikan . Oleh karena itu, area dakwah yang sangat strategis ini harus mampu diisi oleh para pimpinan Nasyiah dari tingkat pimpinan sampai tingkat grass root. Dari tingkat ranting maupun komunitas di sudut-sudut desa dan kota, diharap Nasyiah hadir untuk kemajuan bangsa,” tutur Noordjannah.
Dengan modal sosial tersebut, harus menjadikan Nasyiah semakin terdorong untuk menempa kader-kadernya di usia yang masih belia agar mampu menjadi pelopor, pelangsung dan pelengkap gerakan persyarikatan.
“Kalau persyarikatan masih ada kekurangan maka kader-kader inilah yang menyempurnakan. Kader adalah mereka yang mampu menyelesaikan hal-hal penting yang tidak mampu diselesaikan para tokoh dan pimpinan persyarikatan pada saat ini. Kader adalah ujung tombak, oleh karenanya dipersiapkan sedemikian rupa,” imbuhnya.
Noordjannah pun berpesan kepada segenap kader Nasyiah terkait dengan sejumlah isu terkini yang harus diperhatikan. Di antaranya, penguatan identitas keislaman yang semakin tumbuh dan menguat. Hal tersebut pun terjadi di kalangan anak muda. Noordjanah mengingatkan kepada kader Nasyiah agar terus menempatkan diri di posisi tengah seperti yang telah menjadi identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Moderat.
“Yang selalu mengawal gerakan Muhammadiyah ini sebagai kelompok tengahan dengan paham Islam yang berkemajuan. Kalau kita tidak menguatkan paham ini, kami khawatir persyarikatan Muhammadiyah yang kian tumbuh ini nantinya tidak disokong oleh kader-kader yang akan menjadi penerus gerakan ini,” lanjut Noordjannah.
Paham Islam berkemajuan salah satunya adalah Islam yang tidak pernah mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Bahwa sejatinya kebesaran persyarikatan dengan paham Islam berkemajuan adalah yang meletakkan perempuan pada posisi yang sebenarnya yaitu yang dijamin oleh nilai-nilai ajaran Islam.
“Kader Nasyiah harus paham bahwa Islam yang berkemajuan adalah Islam yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Permasalahan kekerasan juga berkaitan dengan pemahaman budaya dan nilai-nilai keutamaan Islam yang diabaikan,” tuturnya.
Dengan berbekal pemahaman Islam berkemajuan inilah nilai Noordjannah yang membuat para kader persyarikatan mampu masuk ke berbagai ranah dan segala pihak tanpa adanya sekat. Layaknya pesan Kiai Dahlan kepada perempuan agar tidak hanya sibuk dengan urusan domestik yang pada saat yang sama perempuan juga pada saat itu sedang ditempa potensinya untuk berkiprah.
“Kiai Dahlan dan Nyai Dahlan sejak awal mendesain organisasi dan kader perempuan Muhammadiyah untuk ditempatkan pada tempat yang sesuai nilai ajaran Islam dan diperlukan bagi kehidupan bangsa dan negara, bukan bekerja dan berkiprah pada aspek tertentu saja,” pungkasnya (Th).