PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pekalongan Timur membuat langkah strategis di bidang ekonomi dengan mendirikan Toko Lana. Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad yang hadir meresmikan minimarket itu tak hanya memberikan apresiasi, tetapi juga memotivasi warga persyarikatan untuk menjaga dan melestarikan tiga karakter Muhammadiyah yang bisa dijumpai di seluruh pelosok tanah air.
Karakter yang pertama adalah ikhlas. Kata Ketua PP Muhammadiyah itu, tidak ada kader Muhammadiyah yang berkarya untuk kepentingan dirinya sendiri. Mengutip ayat Alquran, karakter dimaksud menurut Dadang menunjukan sikap warga Muhammadiyah yang tidak mengharapkan imbalan dan terima kasih saat beramal.
Yang kedua, karakter ihsan. Sifat ini menunjuk pada berbuat baik secara luar biasa melebihi kadar umumnya. “Islam di Flores itu minoritas, Muhammadiyahnya saja hanya 100 orang. Mereka hidup sederhana, tetapi mereka mampu mendirikan IKIP Muhammadiyah dengan jumlah mahasiswa mencapai 900. Amal seperti ini melebihi yang semestinya, itulah ihsan,” terang Dadang.
Dengan semangat ihsan pula, saat ini Muhammadiyah telah memiliki hingga 451 rumah sakit dan 178 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Hebatnya, jumlah amal usaha yang fantastik itu bukan dibangun oleh orang-orang kaya. “Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung itu bermula dari infaq orang-orang kecil, tetapi sekarang berkembang menjadi bangunan megah. Inilah ihsan, melakukan amal sebaik-baiknya,” ujar dia.
Contoh terbaik dari karakter ihsan adalah Rasulullah Saw. Menurut Dadang, usia makanan di rumah Rasulullah tak pernah lebih dari satu malam karena akan diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Seorang muhsin juga berbuat baik tanpa terpengaruh situasi.
“Kita diperintahkan berbuat ihsan dalam segala perkara. Bahkan terhadap binatang sekalipun. Saat menyembelih hewan, Islam menuntunkan cara meminimalisir rasa sakit bagi binatang yang disembelih,” jelasnya.
Karakter ketiga adalah bermanfaat segala amalnya. Dadang pun membandingkan Muhammadiyah dengan organisasi pergerakan lain yang seumuran, seperti Syarekat Islam, Budi Utomo, Taman Siswa yang tidak bisa berumur lama. “Kenapa Muhammadiyah panjang umur, tak lain karena gerakan amalnya yang manfaat bagi banyak orang,” tandasnya.
Toko Lana yang diresmikan Dadang adalah amal usaha yang digagas sejak Muscab Muhammadiyah Pekalongan Timur, medio 2016 silam. Dia berpesan agar pengelolaan amal usaha itu dilakukan sebaik-baiknya. “Kita perlu belajar dari orang lain agar Toko Lana ini bisa dikelola dengan baik dan professional. Jangan sampai sekarang dilaunching, besok rugi dan akhirnya tutup. Saya berdoa agar minimarket ini berkembang bahkan bisa menjadi franchise (waralaba) dengan pusat di sini,” tambahnya.
Ketua PCM Pekalongan Timur, Slamet Mahfudh, mengungkapkan, minimarket itu dibangun untuk menggeliatkan amal usaha ekonomi produktif dengan semangat dari umat untuk umat. “Sesuai namanya, lana berarti untuk kita, milik kita, maka ayo ramaikan. Warga Muhammadiyah agar ikut menyemarakan gerakan membeli di Toko Lana,” ungkapnya.
Agar bisa bertahan dan berkembang, Toko Lana harus dikelola secara serius dan professional. Meski kepemilikan sahamnya mayoritas dipunyai Panti Asuhan Yatim (PAY) Muhammadiyah, Masjid Darul Iman, dan Majlis Pelayanan Sosial (MPS) PCM, sebagian lainnya tetap ditawarkan ke umum.
“Alhamdulillah, dari 400 lembar saham yang kita tawarkan, sebanyak 267 lembar berhasil terjual. Sebagian dari keuntungan juga nantinya akan kembali ke PAYM, Masjid, jadi promosinya berbelanja sambil beramal. Jika dikelola dengan baik, insya Allah Toko Lana bisa beranak pinak di selatan, utara, dan barat,” jelas Slamet.
Kegiatan launching di sabtu malam itu juga dibarengkan dengan acara Hari Bermuhammadiyah. Selain tabligh akbar oleh Prof Dadang, Undangan juga dihibur dengan pertunjukan angklung nan memukau dari SMA Muhammadiyah Pekalongan. Membawakan sejumlah lagu dan mars Muhammadiyah, aksi seni tradisional itu selalu mengundang tepuk tangan yang hadir. (Saman Saefudin)