WONOSOBO, Suara Muhammadiyah – Rabu, (24/05 2017) Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kleyang Jurang Cabang Mojotengah Wonosobo menyelenggarakan Tabligh Akbar menyambut Ramadhan bersama Drs Tafsir Mag, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah ( PWM ) Jawa Tengah.
Tabligh Akbar menjelang bulan Romadhan atau biasa dikenal dengan Tarhib Ramadhan dilaksanakan berkat kerjasama dengan Pimpinan Daerah Muhammmadiyah ( PDM), PCM dan segenap Ranting yang ada di Kab. Wonosobo.
Meski dilaksanakan malam hari akan tetapi tidak menyurutkan para pengunjung yang berasal dari pelosok Wonosobo untuk hadir bertemu kangen bersilaturrahmi dengan warga Muhammadiyah. Konsep kesederhanaan di suguhkan dalam kepanitiaan tabligh Akbar ini dengan menhadirkan segala hidangan khas lokal Wonosobo berupa Gethuk, singkong rebus, dan aneka camilan berbahan dasar singkong,.
“Ini merupakan tujuan dari syiar kegiatan ini, dimana kita tidak mau memberatkan warga dalam konsumsi, sehingga kedepannya jangan sampai warga Muhammadiyah merasa berat ketika ingin menyelenggarakan majelis ilmu tapi terkendala biaya konsumi,” kata ketua PRM Kleyang, H. Jamil menuturkan kepada Suara Muhammadiyah ( SM )
Tafsir, menyampaikan dalam inti tausiyahnya bahwa di Indonesia ada beberapa Organisasi Massa Islam yang mempunyai metode sendiri dalam menentukan awal Romadhon maupun syawal, tapi perbedaan itu janganlah menjadikan berpecah belah selama aqidan kita sama karena sumbernya sama yaitu Alqur’an dan Alhadist.
“ Dan apabila terjadi perbedaan dalam fiqih, maka kemungkinan dari perbedaan itu adalah salah keduanya atau benar salah satu, karena tipis kemungkinan keduanya salah sebab mengambil metode dari ilmu fiqih dari salafussholeh yang tentunya mempunyai dasar yang sama yaitu Alqur’an dan Hadist,”katanya
Muhammadiyah dengan wujudul hilal dalam penentuan awal Ramadhan pasti berbeda dengan NU yang menentuan dengan Imkanu Rukyah ( kemungkinan bulan terlihat ), sehingga dari perbedaan mengambilan metode itu di Indonesia terkadang awal puasa dan hari rayanya berbeda. Adapun PERSIS menunggu dua derajat dengan metode Wujudul Hilal sehingga hari rayanya terkadang bareng dengan NU.
Banyaknya ormas yang ada di Indonesia hendaknya di maknai warga Muhammadiyah sebagai media untuk ber fastabiqul khoirot baik dalam ibadah maupun fasilitas yang mendukung gerakan dakwah Islam, jangan jadikan perbedaan sebagai pemecah belah persatuan karena NKRI merupakan amanah yang harus di jaga sebagai darul ‘ahdi wasyahada . ( Hans-MPI )