YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Memperingati Hari Tanpa Tembakau se-Dunia yang diperingati setiap tahunnya, Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang menaungi perempuan muda usia produktif yakni 17-40 tahun menyoroti tingginya angka perokok perempuan dalam 5 tahun terakhir.
Dalam 5 tahun terakhir tercatat jumlah perokok perempuan mengalami peningkatan sebanyak 400%. Ketua Umum PP Aisyiyah Diyah Puspitarini dan Husnul Husairi selaku Ketua Bidang Pendidikan dan Penelitian Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah sepakat bahwa kenaikan tersebut merupakan capaian tertinggi di dunia.
“6.3 juta wanita di Indonesia yg saat ini aktif merokok. Sebagian besar adalah usia produktif, yakni 13-40 th. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tuntutan gaya hidup atau merokok jadi simbol status dan stres dan tidak terkendalinya rokok yang beredar di Indonesia,” tutur Khusnul.
Di samping itu, Nasyiatul Aisyiyah turut menyoroti terkait keterlibatan perempuan dalam industri rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Buruh rokok perempuan yang mendominasi pabrik-pabrik rokok di Indonesia tersebut mendapatkan ancaman kesehatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaum laki-laki.
“Nasyiatul Aisyiyah memandang bahwa perempuan turut menentukan kualitas generasi penerus bangsa. Perempuan yang sehat dan tidak merokok dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Hal ini juga bisa menekan angka kematian perempuan melahirkan,” Diyah menambahkan.
Meskipun dikatakan sebagai perokok pasif, pekerja perempuan pabrik rokok digolongkan sebagai kelompok rawan terkena bebagai penyakit dan gangguan yang disebabkan oleh tembakau. Di antaranya adalah gangguan paru, kanker kulit dan lainya, serta terpapar toksin nikotin rokok karena tingginya intensitas besentuhan dengan tembakau olahan.
“Serta dampak lainnya selain aspek kesehatan bagi konsumsi rokok aktif maupun pasif yaitu aspek psikologis, ekonomi, sosial dan lingkungan,” lanjut Diyah.
Mengingat berbagai alasan di atas, Nasyiatul Aisyiyah mendesak pemerintah beserta segenap lembaga negara untuk berkonsentrasi terhadap ancaman rokok.
“Yaitu dengan melakukan pembatasan akses pabrik-pabrik rokok dan membatasi peredarannya, terutama dikalangan remaja,” tutur Husnul.
Nasyiah juga mendesak pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan iklan rokok di tempat umum serta mengajak seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk melakukan edukasi tentang bahaya merokok dimulai dari lingkungan terdekat.
“Kami pun menyarankan dengan tegas kepada setiap orang tua untuk memberikan contoh tidak merokok dilingkungan keluarga, karena hal ini sangat memudahkan anak untuk mengikuti perilaku orang tuanya,” imbuh Husnul.
Terakhir, Nasyiatul Aisyiyah mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan yang pro perempuan. “Yaitu dengan memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kepada pekerja perempuan di pabrik rokok,” tandas Husnul (Th).