Ranting Semanding, Eksis di Pusaran Beragam Kepercayaan

Ranting Semanding, Eksis di Pusaran Beragam Kepercayaan

Kalis Prihartono, Ketua PR Muhammadiyah Curungrejo Kepanjen,

KEPANJEN, Suara Muhammadiyah- Selasa (30/5) malam, Masjid Al Firdaus Semanding, Curungrejo Kepanjen, menjadi tempat singgah penulis menjalani salat tarawih Ramadan 1438 H malam keempat. Suasana masjid cukup tenang, terlebih kebetulan shaf kedua jamaah laki-laki terisi tidak sampai penuh.

Sehari-hari, masjid Al Firdaus menjadi tempat ibadah dan pusat kegiatan keIslaman warga Muhammadiyah dusun setempat. Masjid yang terletak di wilayah perbatasan utara kecamatan Kepanjen ini terletak di sisi jalan poros yang menghubungkan Kepanjen dengan Kota Malang.

Dalam perbincangan usai salat tarawih dengan Kalis Prihartono, Ketua PR Muhammadiyah Curungrejo Kepanjen, disebutkan bahwa keberadaan Muhammadiyah di Semanding ada sejak 1982 silam.

Sementara, kepengurusan Ranting Muhammadiyah Semanding baru terbentuk tiga tahun setelahnya.

“Jamaah Muhammadiyah di sini awalnya hanya terpusat di musala kecil. Baru sejak 2011 pindah di masjid sekarang,” demikian Kalis memulai ceritanya.

Menurutnya, awal-awal hadir di tengah warga Curungrejo, Kepanjen, pengajian Muhammadiyah di musala sebelumnya tidak begitu jalan. Kajian juga harus dilakukan door to door di rumah jamaah dalam kurun waktu sekali per bulannya.

Kenyataannya, keberadaan Muhammadiyah di wilayah ini dihadapkan pada beberapa kelompok masyarakat dengan kepercayaan (agama) yang memiliki tradisi kental. Menurut Kalis, sekitat 1970an Muhammadiyah Semanding berdekatan dengan pemukiman yang 60 persen warganya beragama Hindu di Semanding.

“Kami tetap eksis dan bisa diterima masyarakat setempat. Awal-awal kajian kami sempat dicurigai dan dianggap aliran baru,” kenang pria yang mengenal Muhammadiyah sejak kecil ini.

Dengan pendekatan yang penuh kesabaran, Muhammadiyah di dua dusun wilayah Semanding dan Boro Utara ini tetap bisa diterima. Bahkan, jumlah jamaah terus bertambah. Ada juga jamaah yang awalnya menganut agama Hindu dan mualaf bergabung.

Berikutnya, jamaah warga Muhammadiyah yang awalnya hanya berjumlah 10 KK, ditambah sejumlah warga dari Dusun Boro, kini menjadi lebih banyak. Kurang lebih 230 anggota kini menjadi warga Muhammadiyah Ranting Semanding, Kepanjen ini.

Bagi Kalis, perjuangan dakwah membentuk atau merintis jamaah Muhammadiyah harus lah banyak dibekali ilmu fiqih dan tauhid. Berdakwah juga jangan terlalu kaku dan perlu banyak pendekatan.

“Isi dakwah Muhammadiyah dahulu terlalu anti-TBC minded, sehingga memicu penolakan saat itu. Baru sekitar 2005, dakwah kultural diterapkan dengan tetap mengikuti tradisi keagamaan setempat,” terang pria kelahiran Surabaya ini.

Masjid Al Firdaus sendiri berdiri di atas tanah wakaf dari keluarga Mansyur dan Supar. Masjid berukuran 10 x 12 meter persegi dibangun hanya dalam waktu 3 bulan.

Rencananya, PRM Curungrejo akan melakukan pengembangam TK ABA, dan lahannya sudah diuruskan status aset wakafnya ke PP Muhammadiyah.

Selain masjid Al Firdaus, kajian ke Islaman warga Muhammadiyah setempat juga dipusatkan di Musala Alkautsar Dusun Boro [choirul amin].

Exit mobile version