PONOROGO, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka menyiapkan generasi muda Muhammadiyah untuk menjadi pimpinan di pemerintahan, Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Ponorogo menggelar kegiatan Sekolah Politik dan Demokrasi Seri 1 pada Kamis (25/5).
Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari anggota PD PM Ponorogo, Pimpnan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PC PM) se-Ponorogo, serta utusan dari ortom tingkat daerah.
Adapun dasar terselenggaranya sekolah politik dan demokrasi ini merupakan sebuag ikhtiyar dari PDPM Ponorogo untuk jangka panjang dalam menyiapkan generasi pemimpin persyarikatan, umat dan bangsa sehingga generasi Muhammadiyah tidak hanya terjebak pada Amal Usaha yang sudah ada, tetapi menciptakan peluang agar lebih bisa bermanfaat kepada persoalan yang lebih luas lagi.
Ketua PDPM Ponorogo, Agus Susanto dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara sekolah politik ini dilaksanakan untuk membekali kader-kader muda Muhammadiyah agar memiliki ilmu tentang Politik. Menurutnya, hal ini dikarenakan aspirasi politik sangat menentukan jalannya pemerintahan serta sebagai sarana menyampaikan aspirasi masyarakat.
“Selain itu kita tidak tahu nasib kita 5 sampai 10 tahun yang akan datang. Siapa tahu diantara kita nanti akan ada yang menjadi KPU, Panwaslu, Anggota Dewan, bahkan Bupati Ponorogo. Masih sangat terbuka kemungkinan ke arah sana karena usia kita masih muda,” ungkapnya yang langsung diamini oleh peserta yang hadir.
Materi kesatu disampaikan oleh Ketua KPUD Ponorogo, Moh. Ikhwanudin tentang Sistem Pemilu yang ada di dunia dan sistem yang dipakai di Indonesia. Hal terpenting yang disampaikan dalam salah satu paparannya yakni mengenai sistem menghitung suara untuk menentukan kursi di suatu daerah pemilihan.
“Suara yang dihitung dan telah disahkan di tingkat KPPS itu bisa berubah di tingkat Kecamatan. Hal ini terjadi karena beberapa pelaksana belum bisa independen dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu perlu idealisme dan ilmu yang kuat agar hal seperti itu tidak terulang lagi,” tuturnya.
Materi kedua disampaikan oleh Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN), Puryono tentang Peluang Angkatan Muda Muhammadiyah dalam partai Politik. Dalam kesempatan tersebut ia mengingatkan kembali bahwa embrio kelahiran PAN adalah dari Muhammadiyah. Oleh karenanya, ia mengajak kepada kader-kader yang memiliki keinginan masuk partai agar bergabung ke PAN.
“Tentu tidak semua kader mau menyalurkan aspirasinya melalui PAN karena aktifis muhammadiyah tersebar di beberapa partai politik. Dulu saya sering menerima aktifis IMM yang demo untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini baik untuk jalannya pemerintahan sebagai fungsi kontrol dari masyarakat karena beberapa kebijakan yang belum sesuai kebutuhan masyarakat,” pungkasnya (Agus es).