YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah yang di Gelar di Yogyakarta, pada sesi Pandangan Islam Berkemajuan dalam dinamika Kontemporer, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan bahwa konsep berkemajuan yang dimaksud oleh Muhammadiyah berkaitan erat dengan konsep pembaruan atau tajdid.
“Kuat sekali gagasan berkemajuan atau the idea of progress itu dengan pembaruan atau tajdid,” tuturnya Jum’at (2/6) di Gedung AR Fakhruddin B lantai 5 UMY.
Jika gagasan pemikir Barat mengatakan bahwa kemajuan ini erat kaitannya dengan yang sifatnya modernisasi dalam hal teknologi, ilmu pengetahuan, sains, dan lain sebagainya, konsep berkemajuan yang dimaksud oleh Muhammadiyah tidak hanya ditujukan untuk aspek tertentu saja. Melainkan meliputi segala aspek termasuk dalam hal religiusitas, spiritualitas, kondisi keagamaan dan sebagainya.
“Bahwa spiritualitas dan religiusitas menjadi bagian yang penting dari kehidupan dan yang menggerakkan, inilah yang dimiliki Muhammadiyah,” lanjut Sudarnoto.
Sedangkan berkemajuan dan pembaruan sendiri terang Sudarnoto mampu memberikan harapan kehidupan di masa depan. Kehidupan di masa depan inilah yang menurutnya harus didefinisikan dan tidak dapat dipungkiri beberapa problem yang melingkupinya erat dengan permasalahan kesejahteraan dan kesetaraan.
“Apakah kemajuan teknologi dan berbagai bidang lainnya itu bisa memastikan bahwa keadilan akan bisa ditegakkan? Padahal ada isu tentang equality, keadilan, kebebasan, politik, ekonomi. Kondisi Indonesia yang seperti apakah yang ingin diciptakan oleh Muhammadiyah dengan idea of progress ini yang memiliki spirit tajdid ini?” imbuhnya.
Sedangkan menurut Sudarnoto, ada beberapa hal yang membuat pembaruan pemikiran atau yang disebut dengan tajdid menjadi penting. Salah satunya adalah untuk mendialogkan agama dengan persoalan dan realitas kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan pada saat ini.
“Muhammadiyah telah menjadi bagian dari proses dialogis antara keyakinan Islam yang seperti apa yang harus dibangun dibangun di tempat yang disebut dengan Indonesia,” tuturnya.
Proses dialog tersebut untuk menegaskan bahwa ada relevansi yang kuat antara ajaran agama dengan situasi atau zaman yang terus berubah. Selain itu, dengan adanya dialog tersebut mampu melahirkan solusi akan permasalahan yang ada dalam kehidupan.
“Salah satu kekuatan tajdid adalah untuk memberikan solusi, bukan hanya menjelaskan permasalahan-permasalahan yang ada. Di sini membuktikan keyakinan bahwa Islam adalah solusi,” sebutnya.
Sehingga, tantangan yang dihadapi adalah bahwa dalam proses tajdid, mendorong manusia untuk senantiasa memahami dan menyegarkan pandangan-pandangan keagamaan yang selama ini sering kali bersifat mapan.
“Kekuatan pemikiran Muhammadiyah justru pada rasionalisasi yang melibatkan tafsir-tafsir baru yang isunya tidak lagi pada isu keagamaan formal namun juga menyentuh isu-isu kemanusiaan, lingkungan dan lainnya. Tafsir Al-Maun yang sangat bersifat membebaskan menjadi inspirasi yang penting bagi gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan,” ucap Sudarnoto. (Th)