JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa hakikat beragama adalah menebar kasih dan rahmat untuk semua. Oleh karena itu, beragama harus berwujud dengan tindakan memanusiakan sesama umat manusia.
Hal itu dikatakan Menteri Agama dalam acara Pengkajian Ramadhan 1438 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin (5/6). Dalam kesempatan itu, Menag menyatakan bahwa semangat beragama sebagai penebar kasih ini harus terus dirawat dan diwariskan.
“Bagaimana agar nilai-nilai kemanusiaan sesama kita itu tetap mampu kita jaga, kita lindungi, kita pelihara dengan baik. Itulah kenapa beragama itu hakikatnya juga beraktivitas sosial di bidang pendidikan di bidang kesehatan, dan di bidang sosial lainnya,” tutur Lukman Hakim. “Inilah cara bagaimana nilai-nilai agama dalam upaya untuk memanusiakan sesama manusia,” tambahnya.
Menurutnya, ajaran Islam sangat menekankan sikap menghormati dan menghargai pihak lain. Agama lahir bukan untuk dipaksakan tetapi mengajak dengan cara-cara persuasif. “Oleh karena itu, menurut saya praktik keberagamaan yang mencerahkan menurut saya begitu kental ditunjukan oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yaitu dengan memahami betul esensi agama yaitu untuk bersosial, bagaimana kualitas kita itu ditentukan dari seberapa besar nilai manfaat yang disebarkan kepada sesama,” ujarnya.
Menang mengingatkan bahwa manusia sangat terbatas, tidak mungkin memahami yang Maha Sempurna dan tak terbatas. Itulah sebabnya, kata Menag, tafsir atas Firman Allah, pasti beragam dan tidak tunggal. “Makanya kitab-kitab tafsir selalu ditutup dengan wallhu’alam bishowab,” tambahnya.
Keberagaman merupakan fitrah. Allah menciptakan manusia dengan beragam rupa, berbagai agama, berbeda suku bangsa. Semua itu dikehendaki oleh Allah sendiri. Sehingga, manusai tidak punya hak untuk memaksakan kehendak. “Yang terpenting, kita merangkul, mengayomi saudara-saudara kita sesama umat manusia, di sini dakwah kita. Agama itu didakwahkan bukan dipaksakan,” ujar Lukman.
Lukman juga mengingatkan bahwa nilai penting dalam beragama adalah menumbuhkan sikap nasionalisme. Antara keberislaman dan keberindonesiaan diibaratkan seperti keping mata uang. Menag mencontohkan para tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Mas Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo merupakan orang-orang yang sangat agamis dan nasionalis.
“Beragama itu hakikatnya adalah manifestasi dari menjadi warga negara yang baik. Pun sebaliknya, menjadi warga negara yang baik adalah bagaimana ia mengimplementasikan nilai-nilai agama,” kata Lukman. “Ini yang saya dapat dari tokoh-tokoh Muhammadiyah,” tambahnya. (Ribas)