Manusia Ramadhan

Manusia Ramadhan

Oleh : Irawan Puspito*

Menyelami makna ramadhan adalah upaya untuk membaca kehidupan manusia yang sesungguhnya. Sebab didalamnya terkandung banyak makna bersifat illahiah terkait dengan kehidupan kita sehari-hari. Sebagai bulan “pengaderan”, ramadhan berupaya membentuk ummat Islam yang beriman dalam mencapai kemenangan! Kemenangan yang diperoleh dari buah kesungguhan untuk berubah. Sebab itu, ramadhan dijadikan bulan untuk melatih dan menahan diri, kemudian dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, sebagai bulan agung. Ramadhan sangat erat kaitannya dengan peristiwa turunnya petunjuk hidup abadi ummat Islam yaitu Al-Qur’an.  Sehingga ramadhan adalah Syahr Al-Qur’an (bulan Al-Qur’an). Ummat Islam diperintahkan untuk membaca sekaligus lebih jauh menyelami makna yang terkandung didalamnya. Peristiwa-peristiwa masa lalu yang digambarkan dalam kitab suci ini merupakan pelajaran bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT berfirman:

Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjukkan kepada kebenaran, yang membedakan antara haq dan bathil.”  (QS Al-Baqarah: 185)

Pada ayat lainnya Allah SWT menjelaskan dengan sangat tegas;

“Ini sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang – orang  yang mempunyai pikiran” (QS Shaad: 29)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-, beliau menuturkan, Rasulullah –shallalahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Namun alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR At-Tirmidzi)

Kedua, sebagai bulan pendidikan. Ramadhan merupakan Syahr Al-Syiam (bulan puasa).  Dimana, Allah mewajibkan ummat Islam beriman untuk menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Kita akan merasakan lapar dan dahaga, pada saat bersamaan kita dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkannya. Selain itu, kita dianjurkan untuk meningkatkann ibadah sunah, i’tikaf dan memperbayak silaturahim. Hal ini bertujuan agar kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya dalam meningkatkan derajat ketaqwaan kita dimana pun kita berada. Dengan demikian, kita dilatih untuk mengorientasikan diri tentang tujuan dan fungsi kita dimuka bumi ini.

Ketiga, sebagai bulan kemulyaan. Ramadhan dapat dimaknai sebagai Syahr Al-Judd (bulan kedermawanan). Dimana, ummat beriman dilatih untuk “berbagi” kepada suadara, sahabat dan tetangga sekitar kita, dalam kondisi sosial kekurangan. Baik itu karena kemiskinan, kefakiran, terkena musibah maupun untuk mendukung kegiatan yang berdimensi medatangkan kebaikan bagi kita semua. Tentu perintah ini sesuai dengan kemampuan kita, tidak memaksakan diri, apalagi melampaui batas kewajaran. Intinya, Allah memerintahkan kita untuk saling peduli terhadap sesama dalam rangka menciptakan kohesifitas sosial. Bahwa antara manusia satu dengan lainnya saling membutuhkan. Dan dalam perjuangan membutuhkan sokongan secara berjamaah. 

Dan keempat, sebagai bulan perjuangan. Ramadhan merupakan Syahr Al-Shabr (bulan kesabaran). Ummat beriman dilatih untuk terus meningkatkan kesabaran diri dalam kondisi apapun. Tidak mudah putus asa apalagi patah semangat. Kesabaran ini sebagai upaya membentuk mental pejuang yang tahan akan segala kondisi. Baik saat tertimpa musibah maupun saat mengalami kegagalan. Kesabaran itu merupakan upaya terus menerus melakukan perbaikan kualitas diri. Sebab itu, kesabaran merupakan kunci kemenangan. Kemenangan untuk kembali kepada fitrahnya sebagai ummat manusia.    

Singkatnya, ramadhan membentuk ummat beriman untuk terus meningkatkan kapastitas diri secara batiniyah maupun lahiriyah. Kapasitas batiniyah dibentuk dengan terus meningkatkan kedekatan diri kita kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kita kembali, kita berharap dan memohon pertolongan. Sehingga hal itu akan mendorong kita untuk terus meningkatkan kapasitas lahiriyah kita agar terus bermakna untuk mengambil peran dan tanggungjawabnya dalam kehidupan.

Aktor Perubahan

Sejatinya, ramadhan adalah kawah candradimuka bagi ummat Islam yang beriman untuk mencapai “keunggulan diri”. Keunggulan untuk menolak sikap eksploitatif terhadap sumberdaya alam. Keunggulan untuk melawan praktik-praktik koruptif dalam pelbagai bentuk. Keunggulan untuk tidak memproduksi dan menyebarkan berita-berita bohong. Keunggulan untuk melawan kekerasan berikut modus operandinya. Dan keunggulan untuk menolak kepura-puraan.

Bulan ramadhan adalah sarana membentuk aktor perubahan dalam kehidupan. Sosok pemenang yang menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dan visi hidup. Menterjemahkan perintah langit dalam praktik yang membumi.

Dewasa ini tantangan kita adalah pada masalah-masalah mendasar dalam hidup. Kemiskinan yang kian merata. Akses pendidikan berkualitas yang belum terpenuhi. Dan jurang kesenjangan yang makin melebar.

Tugas utama aktor perubahan alumni ramadhan adalah berperang melawan masalah-masalah diatas secara berjamaah. Inilah perang “badar” yang mejadi agenda utama dan sangat mendesak. Sebab kemiskinan dan keterebelakangan seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an sangat mendekatkan umat manusia dalam lubang kekufuran. Dan itu seburuk-buruk manusia.

Sungguh, ramadhan memberi pelajaran hidup yang sangat berharga bagi ummat Islam yang beriman. Pelajaran tentang diri kita, tentang keperpihakan kita, dan tentang pengabdian kita. Meskipun berat, kita akan terus diuji oleh Allah agar terus meningkatkan ketaqwaan kita kepada-Nya. Dan inilah intisari ramadhan yang sesungguhnya. Semoga Allah SWT terus merahmati kita kekuatan lahir dan batin, dalam mencapai kemenangan. Allahu Akbar, Fastabiqul Khairat. 


*Alumni IMM BSKM

Exit mobile version