SLEMAN, Suara Muhammadiyah- Pada bulan Ramadhan, Allah SWT mewajibkan hambaNya untuk berpuasa. Meskipun demikian, puasa bukan halangan untuk beraktivitas. Seperti halnya Rasulullah SAW yang pernah berperang dan berdagang, sembari memaksimalkan waktu untuk beribadah mendekat kepada Allah SWT. Sesuai dengan semangat yang diajarkan Rasulullah SAW itulah, SMP Muhadesta menyelenggarakan acara Pesantren Ramadhan. Bertempat di komplek sekolah daerah Karangasem, Condongcatur, Sleman, acara pesantren berlangsung dari tanggal 6 hingga 7 Juni 2017. Adapun pesertanya adalah siswa kelas 7 dan siswa kelas 8.
Diyah Puspitarini, Kepala Sekolah SMP Muhadesta dalam sambutannya pada acara pembukaan pesantren Ramadhan, menekankan perlunya menjaga aktivitas keilmuan meski di bulan puasa.
“Tidur di bulan Ramadhan saja dihitung ibadah, apalagi kalau hari ini kita belajar bersama di pesantren Ramadhan. InsyaAllah pahalanya akan ditambah oleh Allah SWT,” jelasnya.
Dalam penyelenggaraan kegiatan pesantren Ramadhan ini, pihak sekolah menggandeng Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sleman yang bertindak sebagai fasilitator. Kerjasama kegiatan antara AUM dan IMM ini sudah berlangsung selama 3 tahun.
Kegiatan pesantren Ramadhan ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama untuk kelas 7 dengan materi ibadah sesuai tuntunan Himpunan Putusan Tarjih yang mencakup bab thaharah dan shalat. Sedangkan di sesi kedua untuk kelas 8, diajarkan tentang tata cara berdakwah. Hasnan Nahar, sebagai pemateri sesi pertama menekankan perlunya siswa sekolah Muhammadiyah untuk beribadah sesuai HPT.
“Karena prinsip tarjih itu berarti membandingkan dalil dan mencari yang paling kuat, maka kita tak perlu ragu untuk menjalankan ibadah yang sudah diputuskan oleh Majelis Tarjih,” tutur Sekretaris Bidang Organisasi DPD IMM DIY ini.
Sedangkan Kasyadi, dalam materi retorika dakwah, menyebutkan bahwa sudah semestinya pelajar Muhammadiyah berani berdakwah. “Pelajar Muhammadiyah harus berani dakwah seperti berpidato maupun kultum, dengan menggunakan bahasa yang baik, di mana bisa menyesuaikan kemampuan pendengarnya,” tambah alumni IMM Sleman ini. Sebagai follow up dari materi retorika dakwah, siswa kelas 8 diwajibkan membuat teks kultum dan maju satu persatu di hadapan fasilitator untuk menyampaikan kultum. Keseluruhan rangkaian acara pesantren, diakhiri dengan buka bersama yang dilanjutkan shalat maghrib berjama’ah. (GR)