MALANG, Suara Muhammadiyah- Gampang-gampang susah menemukan musala milik Ranting Glanggang kecamatan Pakisaji untuk ikut salat tarawih jamaah malam Ramadan ke-14, Jumat (9/6). Berada di komplek perumahan Pondok Rindang Glanggang, musala yang dicari ini memang tidak sebesar musala atau pun masjid di sekitarnya.
Tak ada pengeras suara dari bacaan doa dan surat yang dibaca imam salat tarawih Imam Husnan malam itu. Dengan luas bangunan musala yang hanya 5 x 10 meter persegi, aktvitas jamaah pun tak begitu tampak dari luar.
Dari perbincangan dengan M Dianto, Ketua PCM Pakisaji usai salat berjamaah, belakangan diketahui musala kecil ini bertama Musala Alhijrah. Ya, nama yang bermakna ‘berpindah’ dan penuh kisah di baliknya.
Dikatakan Dianto, musala Alhijrah ditempati salat jamaah sejak 2011 silam, setelah sebelumnya jamaah memanfaatkan musalah Al Ikhlas yang lebih dulu dibangun pada 1999. Berpindahnya musala ini pun bukan tanpa sebab, setelah salat tarawih 11 rakaat tidak lagi bisa ditunaikan.
“Sebenarnya Ranting Glanggang sudah ada sejak 1998 diawali dengan merintis TPQ. Setahun berselang bisa menempati musala lama. Namun akhirnya harus pindah dan membangun musala sendiri,” kenang Dianto.
Awalnya, lanjut Dianto, hanya berupa tanah dua kapling yang dibeli. Yang dibangun pertama gedung TPQ, dilanjutkan musala. Sempat mengalami kesulitan membagun, meski memegang surat keterangan kondusif warga sekitar, bangunan Musala Alhijrah sempat dipertanyakan pihak-pihak tertentu, bahkan pemerintah desa setempat.
Dianto dan PCM Muhammadiyah Pakisaji pun sempat laporan ke KUA dan Polsek setempat untuk keamanan dan kelancaran aktivitasnya. Keajaiban sempat terjadi, karena saat pengecoran bangunan musala justru ia dibantu banyak warga sekitar.
“Ranting Muhammadiyah Glanggang, didirikan setelah kami dipanggil dan dipertanyakan soal pembangunan musala. Termasuk, soal jumlah rakaat salat tarawih yang 11 rakaat,” bebernya.
Keberadaan TPQ dan Musala Alhijrah ini pun cukup membantu syiar Muhammadiyah. Awalnya, anggota Ranting Glanggang saat itu ada 15 KK, namun kini jumlahnya jauh lebih banyak dengan bertambahnya simpatisan.
Meski demikian, Muhammadiyah belum bisa diterima sepenuhnya di kampung ini. Tabligh keliling, sambil menjalin silaturahim untuk menunjukkan syiar Muhammadiyah masih harus banyak dilakukan para tokoh. Imam Husnan (67), takmir musala Al Hijrah, termasuk yang rajin keliling dari rumah ke rumah warga untuk silaturahimn dan mengajak amar makruf nahi mungkar.
Jumlah ranting Muhammadiyah di PCM Pakisaji ada lima ranting. Selain Ranting Glanggang, ada Ranting Keboanagung, Kendalpayak, Pakisaji dan Karangdure yang paling muda.
Selama ini, kajian yang diikuti jamaah ranting Muhammadiyah Glanggang masih sebulan sepekan. Ditambah kajian lainnya ikut PCM Pakisaji. Sementara, dengan jumlah santri TPQ 30 anak dan madin 20 santri, PCM Pakisaji berencana membuat perpustakaan dan pondok pesantren di lingkungan musala Alhijrah ini. (amin)