YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah menggelar Pembinaan Ideologi penggerak media Muhammadiyah selama 1 hari. Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa di tangan para penggerak media Muhammadiyah nasib masa depan informasi.
Dengan dinamika media yang kian dahsyat, selain menghadapi persaingan, media Muhammadiyah harus memperkuat identitas dan basis ideologi yang dimilikinya agar terbawa arus. “Jika tidak bisa hadir secara dinamis Muhammadiyah juga akan kewalahan menghadapi kondisi yang ada di luar,” tutur Haedar di Kantor PP Muhammadiyah Cik Ditiro, Rabu (14/6).
Menurut Haedar kondisi saat ini menunjukkan bahwa seluruh informasi mampu dikemas sedemikian rupa dan menunjukkan bahwa tidak ada media yang betul-betul objektif. Sedangkan di saat yang sama, kondisi dunia saat ini dipenuhi oleh kontestasi tafsir.
“Dunia ini dibangun di atas tafsir bahwa siapa yang punya kekuatan hegemoni maka ia yang akan menguasai. Kalau tidak pandai-pandai orang Muhammadiyah baik yang sudah lama ataupun awam bisa terbawa. Oleh karena itu harus benar-benar paham Muhammadiyah secara keseluruhan,” lanjutnya.
Haedar menambahkan bahwa pembahasan terkait manhaj Muhammadiyah yang dicuatkan pada pengajian Ramadhan lalu merupakan respons menanggapi situasi banyaknya tafsir dan pemikiran yang berkembang di dalam Muhammadiyah. Tidak jarang, arus tersebut membuat warga Muhammadiyah sendiri kehilangan arah.
“Warga Muhammadiyah tak terkecuali, termasuk para penggerak media hendaknya paham betul apa perbedaan antara gerakan Muhammadiyah dengan gerakan-gerakan lainnya yang ada di luar sana. Karena banyak yang salah kaprah mengasosiasikan Muhammadiyah dengan berbagai gerakan Islam lainnya,” tandas Haedar.
Pembinaan Ideologi tersebut dihadiri sekurangnya 50 peserta dari sejumlah media Muhammadiyah yang ada. Di antaranya Suara Muhammadiyah, Website Muhammadiyah, TV Muhammadiyah (TVMu), RadioMu, dan Menara 62. (Th)