Suara Muhammadiyah Sahur Bersama Warga Lokalisasi

Suara Muhammadiyah Sahur Bersama Warga Lokalisasi

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Keberadaan Suara Muhammadiyah tidak hanya sebagai perusahaan bisnis. Perusahaan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan para muridnya itu senantiasa menampilkan sisi-sisi humanis. Di samping juga terus berpegang pada nilai-nilai spiritualitas dan ideologi kemuhammadiyahan. Beragam kegiatan sosial menjadi agenda rutin perusahaan media yang sudah berusia 102 tahun ini. Wajah humanis Suara Muhammadiyah semakin terasa di bulan suci Ramadhan.

Setelah sebelumnya mengadakan beberapa kali agenda berbagi takjil, kali ini Suara Muhammadiyah melangsungkan ‘Sahur on the Road.’ Uniknya, kegiatan yang digelar pada Ahad dini hari (18/6) itu dilaksanakan di tempat lokalisasi terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu kawasan Pasar Kembang (Sarkem).

Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari menyatakan bahwa agenda yang berlangsung di Balai RW Sosrowijayan ini merupakan ajang silaturahim Suara Muhammadiyah dengan segenap warga di lokasi yang kerap dilabeli sebagai daerah gelap ini. Setelah agenda ini, Suara Muhammadiyah juga akan menindaklanjuti dan menginisiasi program-program yang akan dikerjasamakan ke depan dengan warga Sosrowijayan dalam rangka pemberdayaan dan pelatihan soft skill.

Menurut Deni, semua manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk baik. Hal itu sebagai anugerah Tuhan. “Tidak ada di antara kita yang tidak punya pikiran untuk berhati baik. Kita semua mempunyai keluarga yang berharap limpahan kebaikan kita,” tuturnya.

Deni mengajak para pekerja seks komersial yang hadir dalam pertemuan itu untuk senantiasa memperbaiki diri. Kuncinya adalah senantiasa untuk memiliki dan mengembangkan pikiran positif dan niat yang baik. “Pikiran dan hati harus selalu disertai dengan niat yang baik,” katanya.

Menjadi baik, kata Deni, merupakan sebuah proses. Kehidupan bukanlah sesuatu yang patut diratapi. Setiap manusia harus berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. “Hidup tidak boleh ada kutukan final. Orang baik hari ini, belum tentu selamanya begitu. Demikian juga orang yang kurang baik hari ini, belum tentu besok lusa masih seperti ini. Hidup selalu mengalami perubahan,” urai Deni Asy’ari. (Ribas)

Exit mobile version