YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Umat muslim di seluruh penjuru mulai mempersiapkan diri menyambut Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Pada Ahad (25/6), ratusan juta umat Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah shalat Idul Fitri. Dalam serangkaian ritual itu, moment khutbah menjadi hal yang penting. Di dalamnya, para jamaah akan mendapatkan pencerahan dan siraman rohani serta beragam petuah lainnya.
Mengingat pentingnya moment khutbah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengimbau para khatib mengisi ceramahnya dengan pesan-pesan bijak tentang makna mendalam di balik puasa dan idul fitri. “Idul Fitri adalah hari raya berbuka puasa yang sarat arti rohani. Pada hari itu umat Islam disunahkan menunaikan salat berjamaah mengikuti sunah Nabi, termasuk mendengarkan khutbah yang berisi pesan-pesan islami tentang makna puasa dan segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai ibadah dan ketakwaan,” kata Haedar, Sabtu (24/6)
Haedar mengajak umat Islam untuk mengamalkan perilaku mulia hasil dari didikan Ramadhan, guna menjadi pribadi yang lebih baik dan memberi kemaslahatan kepada diri sendiri, sesama dan lingkungan. Menurutnya, pada hari kemenangan Idul Fitri, seluruh umat Islam yang telah melalui puasa Ramadhan menjadi bersih diri lahir dan batin. Karena itu, diharapkan para khatib menyampaikan pesan yang menyejukkan hati dan memberi kemaslahatan bagi sesama.
“Setiap muslim pada hari itu bersih diri lahir dan batin. Karena itu, diharapkan para khatib menyampaikan pesan-pesan Ilahi dan ajaran Nabi yang menyejukkan, mendamaikan, dan memberi arti luhur kehidupan muslim agar menjadi insan bertakwa yang autentik atau berbasis fitrah yang suci,” tutur Haedar.
Para khatib harus mampu menunjukkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin dan menghindari akhlak tercela. “Ajak umat untuk menjadi muslim yang makin lebih baik, yang menjadikan dirinya saleh secara individu tetapi juga menyebarkan kesalihan sosial yang memberi banyak kemaslahatan bagi hidup sesama dan lingkungan. Introspeksi diri diperlukan dan kritik sosial pun tetap baik untuk disampaikan, tetapi jauhi hujatan dan cercaan. Ajak umat dan masyarakat untuk hidup rukun, damai, toleran, dan saling memajukan di tengah perbedaan,” terangnya.
Kedamaian dan kerukunan umat menjadi niscaya di tengah keragaman. Kemajemukan bangsa, kata Haedar, tidak membuat hubungan sesama menjadi retak, melainkan semakin beradab dan dewasa. Oleh karena itu, masyarakat harus saling memaafkan dan membuat hidup makin berarti bagi sesama.
“Kemajemukan tidak membuat kita retak dan berhadapan sebagai bangsa yang dikenal religius, berakhlak, dan berkeadaban luhur. Ajak umat dan masyarakat saling memaafkan, lapang hati, dan dewasa. Dalam menghadapi masalah, kedepankan semangat dan ikhtiar mencari solusi dengan sikap saling berbagi dan tidak saling menyalahkan,” ungkapnya.
Terakhir, untuk para pemimpin negeri, para khatib harus mengajak untuk menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pesan Ramadhan yang menididik untuk jujur dan bertanggung jawab. Selama berpuasa, umat Islam diingatkan bahwa Allah senantiasa mengawasi semua perilaku manusia. “Para pemimpin negeri diajak untuk jujur, amanah, bertanggung jawab, dan memberi teladan yang baik. Kepada umat dan warga agar hidup makin berarti dan menjadi yang terbaik,” ujar Haedar Nashir. (Ribas)