Haedar Nashir: Bergerak dari Jihad Lil-Muaradhah ke Jihad Lil-Muwajahah

haedar nashir spiritualitas Radikalisme

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi (Dok SM)

YOGYAKARTA,  Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, mengatakan, semakin hari kian kompleks permasalahan yang dihadapi Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa Indonesia. Termasuk hal-hal khusus yang tidak sejalan dengan ajaran Islam maupun kepentingan umat Islam dan Muhammadiyah.

Permasalahan itu, menurutnya, baik yang berkaitan dengan politik, budaya, maupun ekonomi. Dari soal sistem sampai produk yang tidak kita sukai dan bertentangan dengan misi dan kepentingan umat Islam dan Muhammadiyah. Tentu positif kita bernahi munkar agar ada kesadaran kritis.

Tetapi bersamaan dengan itu sama atau bahkan tidak kalah pentingnya beramar-makruf dengan membangun sesuatu yang sepadan dan lebih baik sebagai alternatif. “Manakala kita tidak suka dengan politik yang liberal, maka kembangkan politik yang berbasis etika dan nilai-nilai Islam. Jika kita tidak suka dengan sistem ekonomi kapitalis, maka bangun alternatif. Membangun sistem yang Islami tentu bukan sekadar merk dan verbal, tetapi isi dan kualitasnya yang sama atau yang terbaik,” ucap Haedar, Sabtu (1/7).

Pekerjaan membangun kekuatan umat Islam dan Muhammadiyah yang terbaik dan unggul itu bukan sekedar wacana, ujaran, dan teori. Dalam pengalaman dan perjalanan Muhammadiyah justru membangun itu melalui kerja-kerja konkrit, produktif, tersistem, berkelanjutan, dan hasilnya dapat dirasakan umat, warga, dan masyarakat luas.

“Semangat menggugat itu baik sebagai tanda kita memiliki militansi, namun semangat militan tersebut harus disertai dengan semangat dan kerja membangun agar ada hasilnya dan tidak berhenti pada perlawanan semata,” ungkap Haedar.

Haedar mencontohkan, seperti bangsa terjajah bukan sekedar freedom from (merdeka dari) tetapi freedom for alias untuk apa merdeka.

Saat ini umat Islam, Muhammadiyah, dan bangsa Indonesia memasuki fase baru hidup dalam persaingan tinggi. Spirit melawan harus diiringi membangun. Jika tidak, hanya akan merasa sukses dengan melawan melalui kata-kata, minus karya nyata yang unggul dan menjadi alternatif.

“Kalau kita tidak suka dengan jalan orang, bikinlah jalan sendiri yang lebih baik. Sudah tinggi waktunya umat Islam dan Muhammadiyah memberi jawaban-jawaban atas masalah yang pelik dengan pandangan yang luas dan langkah yang strategis, serta membuahkan hasil yang terbaik,” tegas Haedar.

Haedar menyatakan bahwa inilah yang disebut Muhammadiyah sebagai era al-jihad lil-muwajahah, yakni perjuangan sungguh-sungguh membangun sesuatu yang unggul sebagai pilihan terbaik atas hal yang tidak dikehendaki.

Lanjut Haedar, dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua antara lain disebutkan. Bahwa umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu (al-jihad li-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (al-jihad li-al-muwajahah) dalam wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama.

“Dalam kehidupan bangsa pun sama banyak hal yang tidak sejalan dengan spirit, pikiran, dan cita-cita nasional akibat globalisasi dan ekspansi politik, ekonomi, dan budaya global. Semua harus dihadapi dengan jalan membangun Indonesia menjadi bangsa dan negara yang kuat,” terang Haedar.

Kalau kita lemah, lanjut Haedar maka kita tidak akan memiliki sesuatu yang menjadi keunggulan dan kebanggaan, selamanya akan tertinggal dan menjadi objek penderita. “Semua harus dihadapi dengan keunggulan spirit, pikiran, dan karya terbaik. Itulah misi Islam dan Muhammadiyah yang berkemajuan. Di sinilah tantangan dan agenda terberat umat Islam dan Muhammadiyah saat ini dan ke depan, yaitu memberi jawaban alternatif,” pungkas Haedar. (Red) 

Exit mobile version