Judul : Reformisme Islam di Nusantara
Penulis : Khairudin Aljunied
Ukuran : 13 X 20 cm
Tebal : 172 hal
Cetakan: I November, 2016
Di Dunia Melayu, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menjadi organisasi Islam reformis terbesar dan terdepan. Dalam buku Reformisme Islam di Nusantara karya Prof. Dr. Khairudin Aljunied, cendekiawan Singapura, dibahas pengaruh pemikiran dan aktivisme Muhammadiyah yang cukup besar di Singapura. Bahkan, sister organization Muhammadiyah telah berdiri di Singapura (Muhammadiyah Singapura) selain Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Singapura.
Sebuah fakta yang tak kalah menariknya adalah, Muhammadiyah di Indonesia maupun Muhammadiyah di Singapura telah lahir sebelum kedua negara tersebut terbentuk. Keduanya sejak awal memiliki komitmen untuk membangun negeri dan masyarakat Islam. Ketika memberi catatan pengantar buku ini, Azyumardi Azra menilai bahwa kehadiran Muhammadiyah di Singapura telah menjelaskan transnasionalisme Muhammadiyah yang cukup menarik untuk dikaji. Dengan menikmati kupasan sejarah perjuangan Muhammadiyah di Singapura, tentu kita akan mendapatkan sesuatu yang anyar, dan karenanya buku ini tentu dapat membuka wawasan kita betapa besarnya pengaruh pemikiran dan aktivisme Muhammadiyah beserta tokoh-tokohnya di Nusantara.
Dalam buku ini, Aljunied juga membahas peran penting sosok Buya Hamka di tanah Melayu. Terkait sosok Hamka, penulis buku ini menggambarkannya sebagai ulama-sejarawan yang par excellent. Itu tentu saja objektif, dan tidak muluk-muluk, karena Hamka memang tokoh legendaris dunia Islam di Nusantara. Dalam menjelaskan kapasitas Hamka sebagai sejarawan luaran (outsider history-maker), penulis buku ini juga banyak mengutip karya-karya Hamka yang disebutnya sebagai sejarah reformis. Selain itu, Aljunied juga membahas pemikiran Hamka seputar hak asasi perempuan (dalam pengertian Islam). Tak sampai di situ, penulis buku ini juga menyertakan berbagai kutipan dari karya-karya Hamka terkait perempuan berikut pendapat pendekar keilmuwan Barat yang mendukung penafsirannya.
Akhir kata, buku ini patut mendapatkan apresiasi khalayak luas, khususnya para penggawa dan pendukung Islam reformis. Paling tidak, buku ini bisa menjadi semacam obat yang mujarab untuk mengatasi amnesia sejarah reformisme Islam yang hingga kini masih terus menggelora di tanah Melayu. (Aditya Pratama)