LAMONGAN, Suara Muhammadiyah-Terlahir di Kediri, 16-07-1954 dalam kluaarga yang moderat membuat Sudjudna kecil tertempa untuk belajar Islam lebih banyak. Bapaknya yang aktif di Parmusi mengantarkan Sudjudna kecil bersekolah yang bernuansa moderat. Setelah belajar di SPG Islam, kemudian menyibukkan diri di PII (Pelajar Islam Indonesia) dan menjadi ketua takmir masjid.
Drs Suudjudna sebenarnya baru bisa total bergerak di Muhammadiiyah setelah mendaapat ikatan dinas di Lamongan pada 1976 dan harus sembunyi berbaur dengan tokoh NU selama 16 tahun dengan terus menyuntikkan ajaran Muhammadiyah ke masyarakat.
Hingga akhirnya pada 1993 dengan keberanian yang tinggi bertekad mendirikan Pimpinan Cabang Muhammadiyah di kecamatan Mantup hanya berbekal 3 ranting yaitu Tugu, Pelabuhan dan Sukodadi. Saat itu untuk mengumpulkan 9 kaader saja sangat sulit, namun dalam waktu 10 tahun suudah ada 36 kader dari 10 ranting yang terbentuk dari 3 ranting awal. Anggota yang ada sekarang 5000an orang dari hanya 117 orang. Ranting yang terbentuk diantaranya adalah Sukobendu, Tunggunjagir, Mantup, Tugu,Sumberbendo, dll
Untuk strategi yang dipakai adalah show force dengan menanpilkan tokoh yang dikenal masyarakat. Yang lebih mengena adalah sering mengundang ustad atau kyai yang dahulunya beragamaa Kristen, contohnya adalah ustad Bangun Samudra.
Selanjutnya program unggulan yang dilakukan adalah, pertama, bentengi umat dari pemurtadan di kec Bluluk, kec. Sambeng, kec. Modo dengan a) bagi sembako dengaan kerjasama RS Muhammadiyah, b) pembagian zakat dengan menyalurkan dari daerah yang surplus yaitu daerah utara seperti Paciraan, Brondong, Sekaran, blimbing dll ke willayah selatan yang minus.
Kedua, saat musim kurban menjadi distributor kelebihaan ddaging di wilayah lamongan utara ke wilayaah. Selatan yang minus.
Ketiga, bekerjasama dengan KBIH Lamongan untuk melaksanakan berbagai macam syiar agama. Terrmasuk di dalamnya dengan mencarikan investor pembangunan masjid yang makin banyak bermunculan.
Sebagai pesan penutup perbincangan adalah Bermuhammadiyahlah dengan pikiran yang luas.jangan hanya terkotak-kotak seperti katak dalam tempurung. (Yunus Hanis Syam)