JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir hadir dan memberikan tausiyah dalam acara Silaturahim Idul Fitri 1438 H dan Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, di Auditorium Gedung Dakwah Muhammadiyah Jl. Menteng Raya 62 Jakarta, Jumat (7/7) malam.
Acara yang ditayangkan secara langsung di TV Muhammadiyah itu turut dihadiri oleh beberapa tokoh nasional. Di antaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan, Watimpres Malik Fadjar, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, bendahara umum PP Muhammadiyah Suyanto, dan tamu lainnya.
Dalam kesempatan itu, Haedar mengajak segenap umat Islam untuk mengevaluasi diri pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Pesan penting yang disampaikan terkait dengan pentingnya menjaga kebersamaan di antara semua komponen umat dan bangsa. Terlebih pasca serangkaian peristiwa yang terjadi di negeri ini sebelumnya.
“Ada hal yang penting buat kita pahami bagaimana mengkapitalisasi kemenangan ini yang pusatnya pada kebersamaan, dan membangun kebersamaan juga itu ada kerikilnya,” tutur Haedar. Menurutnya, menjaga kebersamaan harus dilakukan oleh semua pihak secara otentik dengan penuh kejujuran. Bukan dengan berpura-pura dan sekedar wacana.
Dalam sejarah, kata Haedar, ketika Nabi wafat, para sahabat sempat terlibat perdebatan terkait dengan siapa yang paling berhak menjadi pengganti posisi Nabi Muhammad atau khalifah. Namun, para sahabat berhasil keluar dari kondisi kritis itu dengan cara bermusyawarah. Kondisi yang disebut Haedar sebagai kerikil bagi ukhuwah seperti itu akan selalu ada sepanjang sejarah. Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa sejarah ini perlu menjadi perhatian khusus umat islam.
“Bagaimana kita mencoba untuk mengeliminasi benih-benih perpecahan yang memberi peluang kepada kita menjadi tidak sukses dan mengulang kemenangan,” ungkapnya. Guna menghindari perselisihan, Haedar menekankan pentingnya untuk mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan semua permasalahan.
Di masa yang akan datang, umat Islam harus terus menjalin ukhuwah dan kebersamaan dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berkemajuan. “Maka kedepan mungkin umat islam perlu bermusyawarah tentang strategi dan itu tidak milik satu orang, kelompok atau golongan. Hal ini penting mengingat langkah di masa depan tidak akan semudah yang dibayangkan, karena ada banyak perbedaan pilihan dan juga strategi gerakan,” ujar Haedar. (Ribas)