Judul Buku : Biografi Pak AR
Penulis : Sukriyanto AR
Ukuran : 14,85x 21 cm
Tebal Buku : xvi, 336 halaman
Cetakan : I, Mei 2017
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Nama lengkapnya Abdur Razak Fachruddin. Tapi lebih dikenal dengan nama Pak AR (singkatan dari Abdur Razak). Nama Abdur Razak Fachruddin hampir tidak dikenal. Berbeda jika disebut nama AR Fachruddin atau Pak AR. Semua orang langsung tahu dan kenal. AR Fachruddin dan Pak AR lebih familiar di telinga ketimbang Abdur Razak Fachruddin. Di kalangan warga Muhammadiyah, hampir semua mengenal Pak AR. Apalagi beliau pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah selama 22 tahun (1968-1990). Ketua Umum terlama dalam sepanjang sejarah Persyarikatan.
Meskipun dikenal sebagai muballigh desa, Pak AR pernah dipercaya memimpin Muhammadiyah dalam tempo cukup lama. Mulai menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah sejak 1956 (Muktamar Palembang), hingga beliau diberi amanah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah sejak Tanwir Ponorogo 1969. Amanah ini bahkan beliau emban sampai Muktamar di Yogyakarta (1990). Wajahnya yang teduh, murah senyum, sikapnya yang prasojo (sederhana, apa adanya) dan tulus, dakwahnya yang damai, komunikatif, menyejukkan hati, dan kaya humor-humor segar, sehat, dan edukatif, menjadikannya dicintai umat, di samping Pak AR juga mencintai umatnya.
Sebagai Muballigh, Pak AR tidak banyak bicara tentang toleransi, tetapi ia lebih banyak memberi contoh bagaimana menjalankan toleransi. Pak AR bergaul dengan berbagai kalangan. Beliau akrab dengan Karkono Partodirdjo, budayawan Jawa, tokoh PNI. Bersahabat juga dengan Kanjeng Raden Madukusumo, keluarga kraton sekaligus guru dalang. Berteman baik dengan Ki Suratman, Pimpinan Taman Siswa. Bahkan sangat akrab dengan orang-orang yang berbeda agama, seperti Romo Mangun, Pater Dick Hartoko, dan juga dokter Santanu, tetangga rumahnya.
Pak AR juga bukan tokoh yang selalu berbicara hak asasi manusia, tetapi beliau memberi banyak contoh bagaimana bekerja untuk kemanusiaan dan melaksanakan kewajiban kemanusiaan guna menghormati dan melindungi hak-hak kemanusiaan orang lain. Pak AR juga bukan tokoh yang banyak bicara tentang demokrasi, tetapi memberikan contoh bagaimana menjalankan tugas kepemimpinan secara kolektif-kolegial, selalu bermusyawarah. Beliau senantiasa menghormati pendapat orang lain betapa pun tajamnya perbedaan itu dan mampu menyikapi perbedaan pendapat secara arif dan demokratis.
Dalam buku Biografi Pak AR ini disajikan berbagai kisah kehidupan Pak AR dalam ranah sosial-keagamaan, pendidikannya, kehidupan rumah tangganya, terutama bagaimana beliau selaku kepala rumah tangga dan mendidik putra-putrinya, sampai akhir hayatnya. Buku ini juga menguraikan pengabdian Pak AR. Baik kepemimpinannya di pemerintahan, masyarakat, maupun Muhammadiyah. Dipaparkan juga pemikiran Pak AR tentang agama, dakwah, ekonomi, politik, dan budaya. Buku ini juga mengungkap banyak kisah menarik yang belum diketahui siapa pun sebelumnya.
Mengingat besarnya peran Pak AR dalam membangun Muhammadiyah dan umat Islam. Dan banyaknya nilai positif darinya yang dapat diteladani oleh umat. Maka buku ini wajib dibaca oleh setiap peminat kajian Muhammadiyah. Termasuk dalam sepanjang hidupnya, Pak AR mengabdi kepada Islam, bangsa, dan negara, lewat organisasi Muhammadiyah. Pak AR adalah sosok pimpinan yang sangat sederhana dan pantas diteladani oleh generasi muda dan masyarakat. (Imron Nasri)