JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa menghadapi gerakan radikal harus dilakukan dengan bijak. Dalam hal ini dengan menggunakan pendekatan moderasi. Tidak dengan memakai pendekatan radikal atau sering disebut sebagai deradikalisasi.
“Karena kalau radikal dilawan radikal, akan menimbulkan radikal yang baru,” tutur Haedar di Masjid Akbar Kemayoran, Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017.
Menurutnya, dalam menghadapi kelompok radikal, masyarakat harus didik untuk cerdas menyerap dan memilah informasi. Literasi menjadi benteng terbaik dari invasi ideologi dan paham radikal. Ditambah dengan bekal pengetahuan agama yang moderat.
Haedar mengatakan literasi dapat membantu masyarakat untuk cerdas, mampu berpikir kritis dan luas. Masyarakat yang terdidik bisa melawan paham tersebut dengan cara yang bukan radikal.
Yang terjadi selama ini, kata Haedar, suatu paham radikal dilawan dengan radikal yang kemudian menghasilkan radikal baru. Adanya kutub ekstrem kiri menghasilkan reaksi munculnya kutub ekstrem kanan. Misalnya, radikal Islam kanan mungkin muncul karena paham radikal kiri yaitu sekuler atau komunis.
Oleh karena itu, dibutuhkan literasi terus-menerus dalam rangka memahamkan masyarakat. Literasi merupakan upaya jangka panjang. Sehingga tidak dibutuhkan tindakan yang gegabah yang justru akan menimbulkan efek melahirkan radikal baru.
Haedar juga menyampaikan, paham Islam radikal yang melahirkan kekerasan tidak bisa dikatakan ajaran agama, seperti halnya tindakan ISIS. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin tidak memberikan toleransi bagi semua tindakan radikal. (Ribas)