SIDOARJO, Suara Muhammadiyah-PDM Sidoarjo menyelenggarakan acara silaturahmi keluarga besar Muhammadiyah se-Kabupaten Sidoarjo, pada Ahad (9/7). Kegiatan ini terdiri dari dua sesi yang di gelar di dua tempat terpisah.
Kegiatan silaturahmi keluarga besar Muhammadiyah kabupaten Sidoarjo sesi pertama bertempat di masjid An Nur kompleks Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo dengan pembicara Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni.
Dalam kesempatan ini Syafiq banyak memberikan gambaran tentang dinamika pemikiran dan pergerakan Islam baik dulu maupun sekarang, termasuk yang paling penting tentang bagaimana Muhammadiyah menyikapi persoalan tersebut.
Sementara sesi kedua digelar di auditorium SMAMDA, kajian sesi ini diikuti pimpinan PDM, PCM, Pimpinan Ortom tingkat daerah dan tingkat cabang. Dalam sesi ini Syafiq menekankan bagaimana Muhammadiyah harus dapat menjalin kerjasama, berkoperasi dan berkompetisi dengan kelompok- kelompok lain dengan baik. Tentu saja kemampuan berinteraksi dengan kelompok-kelompok lain ini didasarkan pada konsolidasi organisasi yang kuat, serta harus dibekali dengan budaya organisasi yang mapan. “Transparansi, akuntabilitas adalah sebagian ciri budaya persyarikatan Muhammadiyah yang menjadi tanda konsolidasi organisasi telah terpenuhi,” tutur Syafiq.
Dinamika hubungan Muhammadiyah dengan pihak-pihak di luar Muhammadiyah yang akhir-akhir ini menarik untuk diperhatikan secara seksama adalah terkait politik dan kekuasaan. Sikap Muhammadiyah yang cenderung kritis terhadap pemerintah tentu saja membawa konsekuensi-konsekuensi, yang sebagian besarnya menjadi tantangan besar Muhammadiyah. Bahasa politik adalah bahasa hegemoni, tentang siapa menguasai apa. Untuk dapat menghegemoni, setiap kelompok politik akan mati-matian memenangkan wacana masyarakat.
“Dengan demikian yang menjadi tantangan besar Muhammadiyah saat ini adalah bagaimana menjalankan idealisme Amar Makruf nahi Munkar sebagai ciri khas persyarikatan Muhammadiyah di satu sisi, dengan kemampuan memenangkan perang wacana di masyarakat,” lanjut Syafiq.
Ia pun berpesan bahwa jangan sampai kritisnya sikap Muhammadiyah terhadap pemerintah diwacanakan sebagai oposisi terhadap rezim yang berkuasa, sehingga akan menghambat akses Muhammadiyah kepada pemerintah.
“Jangan sampai pula muncul stigma dan penggiringan opini publik bahwa Muhammadiyah intoleran, dekat dengan radikalisme dan terorisme,” tandas Syafiq. (Imam Mahfudzi)